Siang
itu diruang kelas yang???? ahhh sudahlahhhhh........., terlihat satu meja
dengan posisi menyerong, kursi yang tak layak pakai, papan tulis yang belum
sempat dihapus oleh coretan dosen sebelumnya, didukung suara bising bagaikan di
club malam, kelas diisi 32 orang oleh berbagai subspesies mahasiswa wajarlah 32
orang mahasiswa, mahasiswa tersebut adalah biologi angkatan 2013 yang di
dominasi oleh cewek 27 orang dan cowok lima orang itulah kenpa dinamakan
seperti club malam “sudah sudah jangan diambil serius “”, dan
Cerita
ini dimulai dari sini, iya sini, dibilang disini iya disini haha. nah kan gak
percaya sih?? terlihat dipintu masuk seorang lelaki dengan tubuh tidak terlalu
besar dan tinggi memasuki ruang kelas, rahmad lingga, iya rahmad lingga slah
satu dosen pengampu yang memegang mata kuliah prinsip bioteknologi,
assalamualiakum ucapnya.
Disela-sela jam kuliah terdengar
samar-samar(tidak jelas), Deng beli kacamata GMT dimana ka?? Tanya anggi, sahut
odeng sapaan dari nama muhammad kodri. Dia (slamet) mulai menanyakan lansung
pada anggi” nggi ka beli kacamata dimana?? Tempet kak teletubis met, kak bela
mettt. Tolong tanyain masih enggak kacamata GMT nya sahut slamet pula, oke
harganya dua puluh lima met, iya gpp sahutnya kembali. Tak terasa mata kuliah
yang diampu oleh pak rahmad lingga telah usai, kelas mulai sepi dengan mulainya
para mahasiswa biologi 2013 meninggalkan ruangan, singat waktu jam menunjukkan
waktu 16.30 WIB. Dia sedikit bingung mau pergi atau tidak tapi??? Kacamata GMT
udah di beli pikirnya, coba kontak sana-sini akhirnya dia ikut rombongan
sukandi yaitu sukandi, anggi, fatul, odeng dan riyan sudah merencanakan
keberangkatan pukul 17.00 wib ya bukan WIT atau WITA hehe, yang pada akhirnya
molor eh bukan karna melayu ya he tapi karena ada sebuah kendala yang tak
terduga. Gir motor rian tak layak pakai ternyata, untung ka ikut met, emang
membawa keberuntungan ujar rian, slamet berkendara dengan odeng, sukandi dengan
fatul, rian dengan anggi. O iya tenda kelupak dak kebawa yan” anggi tepuk
jidat” kayak ada naymuk tepuk jidat hehe.
Akhirnya
riyan dan anggi balik kerumah anggi untuk mengambil tenda yang sebelumya kumpul
ditempat kediaman rumah anggi. Perjalanan ke bangka tengah ternyata banyak
menyita waktu, tiba di tempat tujuan pulul 19.10, dengan suara campur aduk
antara suara hiburan, kendaraan bermotor, hewan malam dsb, buanyak buanget ga
bisa disebutin satu-satu ya, terdengar dengan jelas ditelinga. Rombongan
berhenti tidak jauh dari spanduk yang terpasang disisi kiri jalan yang
bertuliskan festival gerhana mata hari total 9 maret 2016 didesa terentang.
Tenda mulai dirakit dimulai dari tiang-tiangnya dan satu persatu di masukkan
dalam lobang di sisi bawah tenda hingga membentuk tenda yang diinginkan, malam
itu banyak aktivitas yang dilakukan mulai dari slamet fatul dan odeng jalan
jalan pada akhirnya bertemu romboan reni dkk dan kandas di warung kopi dadakan,
sedangkan kandi rian dan anggi jaga tenda, kasian amat ya mereka (kandi dan
teman2). malam itu terasa mulai dingin tanpa terasa sudah larut malam, satu dua
tiga jam tenda mulai dirobohkn karena ingin menaklukkan alam diatas dinginnya
pasir pantai, satu dua jam sudah menunjukkan pukul lima, pesisir pantai sudah
dipenuhi para pengamat amatiran dari penjuru babel, luar provinsi hingga luar
negri. Tampak para melayu bangka, tanpa adanya perbedaan pribumi dan pendatang
semuanya berkumpul bersama hingga beberapa kilometer berada dipinggir pantai ada
yang tiduran, duduk-duduk diatas pasir pantai, hanya untuk melihat GMT menitan
saja rela menginap di pinggiran pantai, bak bebek berjalan rapi yang digiring
penggembalanya hehe. Tak terasa detik-detik GMT mulia dirasakan setiap insan
yang hadir di pantai tersebut, terlihat pula sedikit cuplikan si anak bolang
yang mengambil lokasi syutingnya di pinggiran pantai tersebut menyambut GMT
2016.
Teriakan
para pemburu GMT 2016 yang kebetulan di sepanjang Pantai Terentang bangka tengah
Prov Bangka Belitung merupakan tempat yang bagus untuk melihat GMT 2016, terdengar
sana-sini apabila ada orang yang berdiri diantara mereka dengan teriakan
wooooooooo.
Warga
yang sedari selasa sore telah memenuhi pantai sejenak lesu ketika GMT yang
diperkirakan GMT pukul 06.30 ternyata sedikit molor dari perkiraan BMKG. Ketika
bulan mulai menutupi matahari sorak, tepuk tangan, takjub meski sesekali proses
GMT ditutupi awan / mendung, semakin riuh saat bener-benar GMT dimana bulan
tepat berada ditengah matahari, saat itu terlihat gelap seakan malam akan
terjadi pagi itu hingga GMT berakhir, tetapi ini bukan menceritakan GMT 2016 di
Bangka Tengah, tetapi ini menceritakan tragedi dibalik GMT bangka tengah 2016.
Sebuah perjalanan yang panjang terjadi pada seseorang pagi itu setelah GMT,
para rombongan hilir mudik di hadapan kita, usai menyaksikan GMT 2016.
Sinar
matahari yang mulai menerobos lubang pori-pori membuat kita berfikir untuk
menyudahi di pantai tersebut. Suara peluit terdengar dimana-mana dibarengi
dengan suara sirene mobil SATLANTAS BA-TENG, membuat polusi udara yang
nauzubillah yah, polusi terjadi di sepanjang jalan raya dan pantai. Sesak jalan
dipenuhi pengendara roda dua dan empat. Jalan sesak oleh para pengendara bak
para pendemo menuntut upah buruh dinaikkan, 1 menit satu meter itulah yang pas
untuk mengambarkan situasi saat itu di jalan raya koba-pangkalpinang.
Mobil
motor dan pejalan kaki menjadi satu dijalanan saat itu. slamet dan odeng slah
satu dari sekian banyak orang yang terjebak dengan tungganggan besinya terasa
di letakkan diatas bara api sangking panasnya udara disebabkan oleh teriknya
sinar matahari, uap dari aspal serta pantulan dari kendaraan roda empat karena
tepat berada disampingya sepanjang jalan. rian dan anggi berhenti tak sanggup
menerjang panasnya pagi mejelang siang itu, diikuti fatul, odeng dan terakhir
kandi yang memilih untuk menyudahi perjalanannnya dan memilih untuk berteduh di
lokasi festival. Sementara slamet tetap meneruskan perjalanannya meski terik
panas matahari, tapi tak membuat surut meski 1 menit satu meter yang harus
dilalui, terlihat diantara pengendara berbagi air galon dengan tetes pertetes
memberikan airnya dengan adil hingga tetes terakhir, asal kalian tau slamet terakhir
minum pukul 02.00 dini hari hingga siang tak ada menyentuh air sama sekali
hanya bisa menelan ludah melihat orang sekitar meneguk air meski hanya tetesan.
sarapan
tidak, minum tidak+panas yang super wauwww.. bisa kalian bayangkan kan,
bagaimana yang dirasakan slamet saat itu. Meter demi meter slamet lalui sampai
pada titik dimana seorang polisi satlantas mengarahkan jalan alternatif yang
ternyata bisa dikatakan menjebak. Yang dipikir slamet dekat ternyata amatlah
jauh karena harus berkendara ditepi pantai sesekali masuk hutan dan jalannya
memutar dua kali melewati jalan raya jauhnya, jalan tersebut menembus pertengahan
atau batas antar kampung, sebut saja kampung a dengan kampung b. Perjalanan
pagi menjelang siang itu amatlah sulit dirasakan, menit demi menit jalan
dilalui melewati jalan curam, berlumpur dan ahhh sudahlahhhhh....tak terasa
jalan raya sudah terlihat,
tarik
gas dan yes akhirnya... SPBU terlihat dari jarak 50 meter, akhirnya ban motor
menapakkan rodanya di jalan hitam, tarik gas belok kanan belok kiri dan standar
motor diturunkan, cepat-cepat menuju mushola ehhh bukan mau shlat zhuhur ya
masih jam 11.00... putar kran ahhh (dalam hati siall, kampret), air dalam kran
ternyata kosong, bolak balik terlihat akhirnya mentok di toilet wanita sudahlah
bantai pikirnya, terlihat satu dua mengapung plus bauknyaaaaaa ya ampun wangi
tenannnnn......, usai membasuh muka terfikir odeng dan lainnya yang masih
berada di lokasi festival kerana berhenti untuk istirahat pikirnya untuk balik
menjemput odeng karna odeng dibonceng olehnya. Buru-buru ekol motor dan looooos
engkol los ahhh pikirnya haus, kesal, marah campur menjadi satu waktu itu,
ambil hp sentuh pola pengaman dan ... pikiran makin semrawut bercapur menjadi
satu, kaya gado gado ya campur ini campur itu, sudah pulsa habis didukung pula
sinyal xl, 3 kosong, BBM Rombongan ceklis, batre mulai menurun persennya, menit
demi menit batre makin habis tersisa 4 persen skian menit berhenti di SPBU,
sittttttt bunyi ban begesek dengan lantai, turun 2 orang laki-laki tanggung,
skian menit sama-sama diam, akhirnya membuka pembicaraan. “mau kemana bang,
pangkal jawabnya, oww jawab slamet, engkol dol ucapnya pelan(slamet), knapa
jawab lelaki itu, dol bang engkolnya, starter dak idup pula, dorong aja,
jawabnya, iya bang sahut bisa tolong dorong dak bang, sahut slamet, ya bisa
jawab lelaki itu. Satu dia tiga khyaakkk mulai naik motor, injak gigi dan ...
ah dak bisa bang, dol pula giginya, gigi satu dua tiga empat sama skali tak ada
perubahan, ya sudah bang terimakasih dorongannya, iya sma-sama sambil
melambaikan tangan dan pergi tanpa diketahui namanya.
Saat
itu pikiran mulai gelap tak bisa berfikir jernih, berjalan di bawah terik
matahari plus haus yang superrr.... bersama dengan tunggangan besinya dan
berhenti, terlintas dibenaknya pasti mereka berfikir jika aku mninggalkan
mereka, pasti amatlah terlalu aku ini, tapi jujur aku tak sejahat itu kawan,
terserah kalian berfikir bagaimana tentang aku” sambil standar diturunkan,
celingak-celinguk(bahasa jawa) sesekali detik mata mengarah kebelakang kiranya
kandi dan lainnya lewat, ditunggu hingga belasan menit ditepi jalan tak kunjung
terlihat batang hidungnya, akhirnya dengan perut lapar, haus, bercampur pikiran
yang semakin semrawut didorongnya tunggangan besinya hingga kiloan meter. Dan,
terdengar dari belakang terlihat 2 orang laki-laki mengendarai motor metik,
rusak apanya tanya slah satu dari orang tersebut, dol engkol dan giginya. Jawab
slamet. Akhirnya yo ku bantu nyetepp ohh makasih bang, dan akhirnya
mengantarnya ke bengkel, bengkel satu dua tak bisa, suku cadang kosong.
Akhirnya kandas di bengkel selanjutnya. Mkasih bang atas bantuannya,
aoklah(logat melayu bangka) belum sempat menanyakan namanya dan pergi. Standar
diturunkan, “bang pacak mucak mesin motor dak”, “tanya slamet”, kelak ok ku
mucak motor ni luk sahutnya, aoklah bang. Sambil menunggu slamet berjalan
menyisiri tepi jalan, yuk ade aik minum dingin dak “tanyanya”, ade jawab ayuk
toko, ade pulsa xl yuk beli yang lima ribu bai, “apa” tanya ayuk, pulsa lima
ribu xl, ooo dak de pulsa xl, di penyak dak de signal xl, terkomsel ade e(ayuk
toko), aoklah kartu telkomsel(simpati) sikok yang isi pulsa dua ribu bai ok yuk,
dak de yang due ribu lah abis ade e yang isik sepuluh, tarik dompet, buka
lipatan dompet dan terlihat 6 lembar uang terlihat 2 pahlawan dalam duit
pecahan dua puluh dan dua ribu, empat terdiri dari uang lawas seratus rupiah,
limaratus rupiah, seribu rupiah, dan 1 RM, berfikir sejenak dengan penuh
pertimbangan, dan ....
”yuk aoklah
yang isik sepuluh sikok kartu”. Ku lontarkan uang dua puluh, jadi kembali empat
ribu ok 15 ribu tuk kartu+pulsa, aik minum seribu(ayuk toko) aok yuk makaseh
banyak(slamet). Dan akhirnya satu dua
menit oo ni disini dak de alat e harus ke koba, toko ge dak tau buka ape dak
soal e ari ni kan libur nyepi, tinggal be, esok sore ka ambik kesinik, tu pecah
pack kopling e“ ujar yang punya bengkel, kira-kira abis brapa bang ok, sekitar
seratuslah, sahut tukang bengkel), duit tinggal enam ribu pikirnya dalam ati,
hela napas panjang dan.... oh aok suci suci, pikirnya dalam hati minjem duitlah
sapa tau ada 100 atau 150, tik tik tik,
hurup-perhurup sudah tersusun dan sent.... kluk bunyi pesan masuk dari suci,
aoklah ade ka dimana kini e(isi pesan), cepat-cepat dibalasnya ”ku di bengkel
deket balai desa penyak”, aoklah jawab suci, sambil menunggu uang yang di
pinjamnya dari suci, sesekali detik melihat ke arah jalan berfikir sukandi dan
lainnya melintas, belasan menit menunggu di bengkel. Dan akhirnya terdengar dari
salah satu pengendara, boy ngape motor ka. Rusak ndi, kayak e mesin e pack
kopling pecah. Jadi kayak mana ade bengkel dak sekitar sini, ade ndi tapi tapi
pacak dak e dak tau, yo bawa.
Yang
ternyata sukandi dan fatul melihat motornya cepat-cepat berbalik arah karena
terlewati, sedangkan rian dan anggi melanjutkan perjalanan karena tidak tau
sukandi putar balik. sedangkan odeng, ikut mobil kijang yang kebetulan kenal.
“Kelak
ndi ku ade minjem duit saudara abis duit didompet, orang e agik jalan arah
penyak. Aoklah kite nunggu, ujar kandi, tik tok tik tok akhirnya sekian menit
menunggu akhirnya muncul orang yang di tunggu. Setelah memberi pinjaman uang,
putar motor dan melaju dengan kecepatan tinggi. Akhirnya setelah perbincangan
tiga orang tersebut diputuskan motor slamet untuk didorong menggunakan kaki (nyetep)
satu, dua tiga bengkel, telah dilalui (bukan karena tidak berhenti, karena suku
cadangtidak ada dibengkel), met kayak e
tadi ada nengok dealer tapi entar deler ape, terdengar suara dari belakang seperti
suara kandi, oh aok ndi yo tanya dulu pacak dak bongkar mesin ni, akhirnya
slamet, kandi dan fatul, putar balik. slamet dorong motor sekitar belasan
meter, bang pacak bongar mesin dak pack kopling e kayak e pecah. Utak atik
(bahasa jawa) enggak ada alatnya di dealer, bawa aja bengkel deket kampung Jerukkan
banyak bengkel pinggir jalan.
Setelah
percakapan itu usai. Perjalanan dilanjutkan lagi, sepuluh dua puluh, tiga puluh,
akhirnya sampai juga di kampung jeruk, satu dua tiga bengkel sama saja jawabannya
“tidak bongkar mesin”. pikir panjang akhirnya diputuskan untuk melintasi kota
pangkal pinang satu satu jalan, sambil merekomendasikan bengkel mana yang akan
di tuju oleh slamet, kandi dan fatul, berjalan sambil nyetep motor bukannlah
perjalanan yang mudah (bisa dibayangka dorong motor pake kaki sambil jalan).
Itu pokoknya ahh sudahlah, menyedihkan. Dua tiga lampu merah dilewati akhirnya
motor berhenti didepan bengkel depan pasar pagi pangkalpinang atas rekomendasi
kandi dan fatu.
“sitttt
bunyi suara rem motor “bang pacak mucak mesin motor dak, engkol dol, gigi dol) kira-kira
habis duit brapa ok bang misal rusak pack kopling e(untuk memperkirakan uang
pinjaman cukup atau tidak). “di bongkar dulu, baru tau rusaknya apa dan brapa
habisnya, oli harus ganti juga karna mesin dibongkar” jawab dari salah satu
pekeerja di bengkel tersebut.
sambil
menunggu slamet dan sukandi duduk di korsi yang disediakan, sedangkan fatul
duduk motor.
Tiba
tiba ada inisiatif dari fatul dari pada
menunggu ongak ongok dibengkel mending ke rumah ayuk rian pikir fatul,
jadi jadi jawab kandi, akhirnya yuk ku tinggal dulu motor e sambil slamet
meninggalkan nomor hp jika sewaktu waktu motor jadi bisa di hubungi. Fatul,
kandi slamet itulah urutan duduk dalam satu motor, iakkkk tepatnya satu motor
bertiga asekkkkkk hahahahaaaa. Setelah belok kanan belok kiri belok kanan belok
kiri belok kanan akhirnya sampai di depan rumah yang dituju, panggil sana sini
tak ada suara dari dalam rumah, duduk mereka bertiga diteras ruamah, ada sepatu
tapi tidak ada orang pikir mereka, ni bukan sepatu rian kata sukandi, ni sepatu
anak ayuk e.
Lihat
hp, ternyata hp mereka bertiga lobet semua, lalu ada inisiatif kerumah anggi
salah satu teman mereka yang sudah pulang duluan, satu rombongan ke pantai
terentang, anggi tak muncul, yang muncul tante (sapaan sukandi ke mamak anggi).
tante
anggi ade dak, dak de anggi e agik kepasar” sahut mamak anggi. Masuk duluk, aok
tante sahut sukandi yang sok akrab hehe” assalamu’alaikum; walaikumsallam. minuman
rasa melon serta roti bolu yang super bodi haha cek cek kayak bodi gitar
sepanyol. keluar dari dalam, dimakan roti e” suruh mamak anggi. sekian menit menunggu
smbil mengecas hp(slamet), duuuuuuuuuuuuut siit. Assalamualaikum suara dari
luar akhirnya anggi muncul, diminum air es e kek roti e” pinta anggi.
Sudah
berapa menit dirumah anggi, hp slamet berbunyi panggilan masuk, akkhirnya minta
izin pulang “karna baru saja telfon masuk dari bengkel’ sit sampai juga didepan
bengkel.
Berapa
yuk abis e “tanya slamet”, 199.000,- jawab ayuk.
Mata
melotot sesekali mengeluarkan dan memasukkan uang dalam saku celana belakang (dalam
hati matilah mahal amat, minjem duit 150 rb) melangkah mundur dan...
nggi ada duit dak, duit pinjaman tadi kurang
nggi ku ade de duit satu lima, habis e satu sembilan sembilan, akhirnya anggi
memberikan uang lima puluhan satu dan dua puluhan satu, dengan cepat, ni yuk
dua ratus, (dalam hati bergumam dua ratus ribu balik seribu, ya allah..).
Untung
saja tadi anggi mengantar slamet ke bengkel jadi bisa meminjam uang untuk
tambahan, karna minjam duit kandi dan fatul sama saja mereka lagi kosong.
sukandi boncengan dengan fatul, setelah bercakapan selesai didepan bengkel anggi,
Slamet, sukandi dan fatul, mengarah kerumah ayuk rian. Disana sudah menunggu,
riyan dan odeng untuk balik kos, usai semua kejadian hari itu diceritakan, apa
yang slamet pikirkan saat di di jalan dekat SPBU ternyata benar, pikiran mereka
semua slamet meninggalkan mereka dan pada akhirnya merekalah yang sebenarnya meninggalkan
slamet, tanpa tau sebenarnya apa yang menimpa slamet siang itu,. Tolong
menolong itu penting, selasa sore slamet menolong, rabu sore slamet kembali di tolong dengan
didatangkan sukandi dan fatul, jika tidak entah bagaimana bisa sampai
pangkalpinang, Slamet percaya bahwa itulah rahasia illahi DIBALIK itu semua
adalah kehendak yang Kuasa, wallahuallam. rintik-rintik hujan sore itu tidak
menyurutkan Anggi, Slamet, Fatul, Sukandi, Odeng (Kodri), dan Riyan untuk
melanjutkan perjalanan. Anggi mengambil arah kanan dan slamet, fatul, sukandi,
odeng(kodri), dan rian mengambil arah kiri, Cerita sore itu berhenti
diperjalanan bercabang.
END
No comments:
Post a Comment