Wednesday, March 16, 2016

PERJUANGAN DIBALIK USAI GMT TERENTANG



Siang itu diruang kelas yang???? ahhh sudahlahhhhh........., terlihat satu meja dengan posisi menyerong, kursi yang tak layak pakai, papan tulis yang belum sempat dihapus oleh coretan dosen sebelumnya, didukung suara bising bagaikan di club malam, kelas diisi 32 orang oleh berbagai subspesies mahasiswa wajarlah 32 orang mahasiswa, mahasiswa tersebut adalah biologi angkatan 2013 yang di dominasi oleh cewek 27 orang dan cowok lima orang itulah kenpa dinamakan seperti club malam “sudah sudah jangan diambil serius “”, dan

   Cerita ini dimulai dari sini, iya sini, dibilang disini iya disini haha. nah kan gak percaya sih?? terlihat dipintu masuk seorang lelaki dengan tubuh tidak terlalu besar dan tinggi memasuki ruang kelas, rahmad lingga, iya rahmad lingga slah satu dosen pengampu yang memegang mata kuliah prinsip bioteknologi, assalamualiakum ucapnya.

    Disela-sela jam kuliah terdengar samar-samar(tidak jelas), Deng beli kacamata GMT dimana ka?? Tanya anggi, sahut odeng sapaan dari nama muhammad kodri. Dia (slamet) mulai menanyakan lansung pada anggi” nggi ka beli kacamata dimana?? Tempet kak teletubis met, kak bela mettt. Tolong tanyain masih enggak kacamata GMT nya sahut slamet pula, oke harganya dua puluh lima met, iya gpp sahutnya kembali. Tak terasa mata kuliah yang diampu oleh pak rahmad lingga telah usai, kelas mulai sepi dengan mulainya para mahasiswa biologi 2013 meninggalkan ruangan, singat waktu jam menunjukkan waktu 16.30 WIB. Dia sedikit bingung mau pergi atau tidak tapi??? Kacamata GMT udah di beli pikirnya, coba kontak sana-sini akhirnya dia ikut rombongan sukandi yaitu sukandi, anggi, fatul, odeng dan riyan sudah merencanakan keberangkatan pukul 17.00 wib ya bukan WIT atau WITA hehe, yang pada akhirnya molor eh bukan karna melayu ya he tapi karena ada sebuah kendala yang tak terduga. Gir motor rian tak layak pakai ternyata, untung ka ikut met, emang membawa keberuntungan ujar rian, slamet berkendara dengan odeng, sukandi dengan fatul, rian dengan anggi. O iya tenda kelupak dak kebawa yan” anggi tepuk jidat” kayak ada naymuk tepuk jidat hehe.

Akhirnya riyan dan anggi balik kerumah anggi untuk mengambil tenda yang sebelumya kumpul ditempat kediaman rumah anggi. Perjalanan ke bangka tengah ternyata banyak menyita waktu, tiba di tempat tujuan pulul 19.10, dengan suara campur aduk antara suara hiburan, kendaraan bermotor, hewan malam dsb, buanyak buanget ga bisa disebutin satu-satu ya, terdengar dengan jelas ditelinga. Rombongan berhenti tidak jauh dari spanduk yang terpasang disisi kiri jalan yang bertuliskan festival gerhana mata hari total 9 maret 2016 didesa terentang. Tenda mulai dirakit dimulai dari tiang-tiangnya dan satu persatu di masukkan dalam lobang di sisi bawah tenda hingga membentuk tenda yang diinginkan, malam itu banyak aktivitas yang dilakukan mulai dari slamet fatul dan odeng jalan jalan pada akhirnya bertemu romboan reni dkk dan kandas di warung kopi dadakan, sedangkan kandi rian dan anggi jaga tenda, kasian amat ya mereka (kandi dan teman2). malam itu terasa mulai dingin tanpa terasa sudah larut malam, satu dua tiga jam tenda mulai dirobohkn karena ingin menaklukkan alam diatas dinginnya pasir pantai, satu dua jam sudah menunjukkan pukul lima, pesisir pantai sudah dipenuhi para pengamat amatiran dari penjuru babel, luar provinsi hingga luar negri. Tampak para melayu bangka, tanpa adanya perbedaan pribumi dan pendatang semuanya berkumpul bersama hingga beberapa kilometer berada dipinggir pantai ada yang tiduran, duduk-duduk diatas pasir pantai, hanya untuk melihat GMT menitan saja rela menginap di pinggiran pantai, bak bebek berjalan rapi yang digiring penggembalanya hehe. Tak terasa detik-detik GMT mulia dirasakan setiap insan yang hadir di pantai tersebut, terlihat pula sedikit cuplikan si anak bolang yang mengambil lokasi syutingnya di pinggiran pantai tersebut menyambut GMT 2016.

   Teriakan para pemburu GMT 2016 yang kebetulan di sepanjang Pantai Terentang bangka tengah Prov Bangka Belitung merupakan tempat yang bagus untuk melihat GMT 2016, terdengar sana-sini apabila ada orang yang berdiri diantara mereka dengan teriakan wooooooooo.
Warga yang sedari selasa sore telah memenuhi pantai sejenak lesu ketika GMT yang diperkirakan GMT pukul 06.30 ternyata sedikit molor dari perkiraan BMKG. Ketika bulan mulai menutupi matahari sorak, tepuk tangan, takjub meski sesekali proses GMT ditutupi awan / mendung, semakin riuh saat bener-benar GMT dimana bulan tepat berada ditengah matahari, saat itu terlihat gelap seakan malam akan terjadi pagi itu hingga GMT berakhir, tetapi ini bukan menceritakan GMT 2016 di Bangka Tengah, tetapi ini menceritakan tragedi dibalik GMT bangka tengah 2016. Sebuah perjalanan yang panjang terjadi pada seseorang pagi itu setelah GMT, para rombongan hilir mudik di hadapan kita, usai menyaksikan GMT 2016.

   Sinar matahari yang mulai menerobos lubang pori-pori membuat kita berfikir untuk menyudahi di pantai tersebut. Suara peluit terdengar dimana-mana dibarengi dengan suara sirene mobil SATLANTAS BA-TENG, membuat polusi udara yang nauzubillah yah, polusi terjadi di sepanjang jalan raya dan pantai. Sesak jalan dipenuhi pengendara roda dua dan empat. Jalan sesak oleh para pengendara bak para pendemo menuntut upah buruh dinaikkan, 1 menit satu meter itulah yang pas untuk mengambarkan situasi saat itu di jalan raya koba-pangkalpinang.

   Mobil motor dan pejalan kaki menjadi satu dijalanan saat itu. slamet dan odeng slah satu dari sekian banyak orang yang terjebak dengan tungganggan besinya terasa di letakkan diatas bara api sangking panasnya udara disebabkan oleh teriknya sinar matahari, uap dari aspal serta pantulan dari kendaraan roda empat karena tepat berada disampingya sepanjang jalan. rian dan anggi berhenti tak sanggup menerjang panasnya pagi mejelang siang itu, diikuti fatul, odeng dan terakhir kandi yang memilih untuk menyudahi perjalanannnya dan memilih untuk berteduh di lokasi festival. Sementara slamet tetap meneruskan perjalanannya meski terik panas matahari, tapi tak membuat surut meski 1 menit satu meter yang harus dilalui, terlihat diantara pengendara berbagi air galon dengan tetes pertetes memberikan airnya dengan adil hingga tetes terakhir, asal kalian tau slamet terakhir minum pukul 02.00 dini hari hingga siang tak ada menyentuh air sama sekali hanya bisa menelan ludah melihat orang sekitar meneguk air meski hanya tetesan.

sarapan tidak, minum tidak+panas yang super wauwww.. bisa kalian bayangkan kan, bagaimana yang dirasakan slamet saat itu. Meter demi meter slamet lalui sampai pada titik dimana seorang polisi satlantas mengarahkan jalan alternatif yang ternyata bisa dikatakan menjebak. Yang dipikir slamet dekat ternyata amatlah jauh karena harus berkendara ditepi pantai sesekali masuk hutan dan jalannya memutar dua kali melewati jalan raya jauhnya, jalan tersebut menembus pertengahan atau batas antar kampung, sebut saja kampung a dengan kampung b. Perjalanan pagi menjelang siang itu amatlah sulit dirasakan, menit demi menit jalan dilalui melewati jalan curam, berlumpur dan ahhh sudahlahhhhh....tak terasa jalan raya sudah terlihat,

tarik gas dan yes akhirnya... SPBU terlihat dari jarak 50 meter, akhirnya ban motor menapakkan rodanya di jalan hitam, tarik gas belok kanan belok kiri dan standar motor diturunkan, cepat-cepat menuju mushola ehhh bukan mau shlat zhuhur ya masih jam 11.00... putar kran ahhh (dalam hati siall, kampret), air dalam kran ternyata kosong, bolak balik terlihat akhirnya mentok di toilet wanita sudahlah bantai pikirnya, terlihat satu dua mengapung plus bauknyaaaaaa ya ampun wangi tenannnnn......, usai membasuh muka terfikir odeng dan lainnya yang masih berada di lokasi festival kerana berhenti untuk istirahat pikirnya untuk balik menjemput odeng karna odeng dibonceng olehnya. Buru-buru ekol motor dan looooos engkol los ahhh pikirnya haus, kesal, marah campur menjadi satu waktu itu, ambil hp sentuh pola pengaman dan ... pikiran makin semrawut bercapur menjadi satu, kaya gado gado ya campur ini campur itu, sudah pulsa habis didukung pula sinyal xl, 3 kosong, BBM Rombongan ceklis, batre mulai menurun persennya, menit demi menit batre makin habis tersisa 4 persen skian menit berhenti di SPBU, sittttttt bunyi ban begesek dengan lantai, turun 2 orang laki-laki tanggung, skian menit sama-sama diam, akhirnya membuka pembicaraan. “mau kemana bang, pangkal jawabnya, oww jawab slamet, engkol dol ucapnya pelan(slamet), knapa jawab lelaki itu, dol bang engkolnya, starter dak idup pula, dorong aja, jawabnya, iya bang sahut bisa tolong dorong dak bang, sahut slamet, ya bisa jawab lelaki itu. Satu dia tiga khyaakkk mulai naik motor, injak gigi dan ... ah dak bisa bang, dol pula giginya, gigi satu dua tiga empat sama skali tak ada perubahan, ya sudah bang terimakasih dorongannya, iya sma-sama sambil melambaikan tangan dan pergi tanpa diketahui namanya.

   Saat itu pikiran mulai gelap tak bisa berfikir jernih, berjalan di bawah terik matahari plus haus yang superrr.... bersama dengan tunggangan besinya dan berhenti, terlintas dibenaknya pasti mereka berfikir jika aku mninggalkan mereka, pasti amatlah terlalu aku ini, tapi jujur aku tak sejahat itu kawan, terserah kalian berfikir bagaimana tentang aku” sambil standar diturunkan, celingak-celinguk(bahasa jawa) sesekali detik mata mengarah kebelakang kiranya kandi dan lainnya lewat, ditunggu hingga belasan menit ditepi jalan tak kunjung terlihat batang hidungnya, akhirnya dengan perut lapar, haus, bercampur pikiran yang semakin semrawut didorongnya tunggangan besinya hingga kiloan meter. Dan, terdengar dari belakang terlihat 2 orang laki-laki mengendarai motor metik, rusak apanya tanya slah satu dari orang tersebut, dol engkol dan giginya. Jawab slamet. Akhirnya yo ku bantu nyetepp ohh makasih bang, dan akhirnya mengantarnya ke bengkel, bengkel satu dua tak bisa, suku cadang kosong. Akhirnya kandas di bengkel selanjutnya. Mkasih bang atas bantuannya, aoklah(logat melayu bangka) belum sempat menanyakan namanya dan pergi. Standar diturunkan, “bang pacak mucak mesin motor dak”, “tanya slamet”, kelak ok ku mucak motor ni luk sahutnya, aoklah bang. Sambil menunggu slamet berjalan menyisiri tepi jalan, yuk ade aik minum dingin dak “tanyanya”, ade jawab ayuk toko, ade pulsa xl yuk beli yang lima ribu bai, “apa” tanya ayuk, pulsa lima ribu xl, ooo dak de pulsa xl, di penyak dak de signal xl, terkomsel ade e(ayuk toko), aoklah kartu telkomsel(simpati) sikok yang isi pulsa dua ribu bai ok yuk, dak de yang due ribu lah abis ade e yang isik sepuluh, tarik dompet, buka lipatan dompet dan terlihat 6 lembar uang terlihat 2 pahlawan dalam duit pecahan dua puluh dan dua ribu, empat terdiri dari uang lawas seratus rupiah, limaratus rupiah, seribu rupiah, dan 1 RM, berfikir sejenak dengan penuh pertimbangan, dan ....

”yuk aoklah yang isik sepuluh sikok kartu”. Ku lontarkan uang dua puluh, jadi kembali empat ribu ok 15 ribu tuk kartu+pulsa, aik minum seribu(ayuk toko) aok yuk makaseh banyak(slamet). Dan akhirnya  satu dua menit oo ni disini dak de alat e harus ke koba, toko ge dak tau buka ape dak soal e ari ni kan libur nyepi, tinggal be, esok sore ka ambik kesinik, tu pecah pack kopling e“ ujar yang punya bengkel, kira-kira abis brapa bang ok, sekitar seratuslah, sahut tukang bengkel), duit tinggal enam ribu pikirnya dalam ati, hela napas panjang dan.... oh aok suci suci, pikirnya dalam hati minjem duitlah sapa tau ada  100 atau 150, tik tik tik, hurup-perhurup sudah tersusun dan sent.... kluk bunyi pesan masuk dari suci, aoklah ade ka dimana kini e(isi pesan), cepat-cepat dibalasnya ”ku di bengkel deket balai desa penyak”, aoklah jawab suci, sambil menunggu uang yang di pinjamnya dari suci, sesekali detik melihat ke arah jalan berfikir sukandi dan lainnya melintas, belasan menit menunggu di bengkel. Dan akhirnya terdengar dari salah satu pengendara, boy ngape motor ka. Rusak ndi, kayak e mesin e pack kopling pecah. Jadi kayak mana ade bengkel dak sekitar sini, ade ndi tapi tapi pacak dak e dak tau, yo bawa.

Yang ternyata sukandi dan fatul melihat motornya cepat-cepat berbalik arah karena terlewati, sedangkan rian dan anggi melanjutkan perjalanan karena tidak tau sukandi putar balik. sedangkan odeng, ikut mobil kijang yang kebetulan kenal.

“Kelak ndi ku ade minjem duit saudara abis duit didompet, orang e agik jalan arah penyak. Aoklah kite nunggu, ujar kandi, tik tok tik tok akhirnya sekian menit menunggu akhirnya muncul orang yang di tunggu. Setelah memberi pinjaman uang, putar motor dan melaju dengan kecepatan tinggi. Akhirnya setelah perbincangan tiga orang tersebut diputuskan motor slamet untuk didorong menggunakan kaki (nyetep) satu, dua tiga bengkel, telah dilalui (bukan karena tidak berhenti, karena suku cadangtidak  ada dibengkel), met kayak e tadi ada nengok dealer tapi entar deler ape, terdengar suara dari belakang seperti suara kandi, oh aok ndi yo tanya dulu pacak dak bongkar mesin ni, akhirnya slamet, kandi dan fatul, putar balik. slamet dorong motor sekitar belasan meter, bang pacak bongar mesin dak pack kopling e kayak e pecah. Utak atik (bahasa jawa) enggak ada alatnya di dealer, bawa aja bengkel deket kampung Jerukkan banyak bengkel pinggir jalan.

   Setelah percakapan itu usai. Perjalanan dilanjutkan lagi, sepuluh dua puluh, tiga puluh, akhirnya sampai juga di kampung jeruk, satu dua tiga bengkel sama saja jawabannya “tidak bongkar mesin”. pikir panjang akhirnya diputuskan untuk melintasi kota pangkal pinang satu satu jalan, sambil merekomendasikan bengkel mana yang akan di tuju oleh slamet, kandi dan fatul, berjalan sambil nyetep motor bukannlah perjalanan yang mudah (bisa dibayangka dorong motor pake kaki sambil jalan). Itu pokoknya ahh sudahlah, menyedihkan. Dua tiga lampu merah dilewati akhirnya motor berhenti didepan bengkel depan pasar pagi pangkalpinang atas rekomendasi kandi dan fatu.
“sitttt bunyi suara rem motor “bang pacak mucak mesin motor dak, engkol dol, gigi dol) kira-kira habis duit brapa ok bang misal rusak pack kopling e(untuk memperkirakan uang pinjaman cukup atau tidak). “di bongkar dulu, baru tau rusaknya apa dan brapa habisnya, oli harus ganti juga karna mesin dibongkar” jawab dari salah satu pekeerja di bengkel tersebut.

   sambil menunggu slamet dan sukandi duduk di korsi yang disediakan, sedangkan fatul duduk motor.
Tiba tiba ada inisiatif dari fatul dari pada  menunggu ongak ongok dibengkel mending ke rumah ayuk rian pikir fatul, jadi jadi jawab kandi, akhirnya yuk ku tinggal dulu motor e sambil slamet meninggalkan nomor hp jika sewaktu waktu motor jadi bisa di hubungi. Fatul, kandi slamet itulah urutan duduk dalam satu motor, iakkkk tepatnya satu motor bertiga asekkkkkk hahahahaaaa. Setelah belok kanan belok kiri belok kanan belok kiri belok kanan akhirnya sampai di depan rumah yang dituju, panggil sana sini tak ada suara dari dalam rumah, duduk mereka bertiga diteras ruamah, ada sepatu tapi tidak ada orang pikir mereka, ni bukan sepatu rian kata sukandi, ni sepatu anak ayuk e.
Lihat hp, ternyata hp mereka bertiga lobet semua, lalu ada inisiatif kerumah anggi salah satu teman mereka yang sudah pulang duluan, satu rombongan ke pantai terentang, anggi tak muncul, yang muncul tante (sapaan sukandi ke mamak anggi).

tante anggi ade dak, dak de anggi e agik kepasar” sahut mamak anggi. Masuk duluk, aok tante sahut sukandi yang sok akrab hehe” assalamu’alaikum; walaikumsallam. minuman rasa melon serta roti bolu yang super bodi haha cek cek kayak bodi gitar sepanyol. keluar dari dalam, dimakan roti e” suruh mamak anggi. sekian menit menunggu smbil mengecas hp(slamet), duuuuuuuuuuuuut siit. Assalamualaikum suara dari luar akhirnya anggi muncul, diminum air es e kek roti e” pinta anggi.
Sudah berapa menit dirumah anggi, hp slamet berbunyi panggilan masuk, akkhirnya minta izin pulang “karna baru saja telfon masuk dari bengkel’ sit sampai juga didepan bengkel.
Berapa yuk abis e “tanya slamet”, 199.000,- jawab ayuk.

Mata melotot sesekali mengeluarkan dan memasukkan uang dalam saku celana belakang (dalam hati matilah mahal amat, minjem duit 150 rb) melangkah mundur dan...
 nggi ada duit dak, duit pinjaman tadi kurang nggi ku ade de duit satu lima, habis e satu sembilan sembilan, akhirnya anggi memberikan uang lima puluhan satu dan dua puluhan satu, dengan cepat, ni yuk dua ratus, (dalam hati bergumam dua ratus ribu balik seribu, ya allah..).


   Untung saja tadi anggi mengantar slamet ke bengkel jadi bisa meminjam uang untuk tambahan, karna minjam duit kandi dan fatul sama saja mereka lagi kosong. sukandi boncengan dengan fatul, setelah bercakapan selesai didepan bengkel anggi, Slamet, sukandi dan fatul, mengarah kerumah ayuk rian. Disana sudah menunggu, riyan dan odeng untuk balik kos, usai semua kejadian hari itu diceritakan, apa yang slamet pikirkan saat di di jalan dekat SPBU ternyata benar, pikiran mereka semua slamet meninggalkan mereka dan pada akhirnya merekalah yang sebenarnya meninggalkan slamet, tanpa tau sebenarnya apa yang menimpa slamet siang itu,. Tolong menolong itu penting, selasa sore slamet menolong,  rabu sore slamet kembali di tolong dengan didatangkan sukandi dan fatul, jika tidak entah bagaimana bisa sampai pangkalpinang, Slamet percaya bahwa itulah rahasia illahi DIBALIK itu semua adalah kehendak yang Kuasa, wallahuallam. rintik-rintik hujan sore itu tidak menyurutkan Anggi, Slamet, Fatul, Sukandi, Odeng (Kodri), dan Riyan untuk melanjutkan perjalanan. Anggi mengambil arah kanan dan slamet, fatul, sukandi, odeng(kodri), dan rian mengambil arah kiri, Cerita sore itu berhenti diperjalanan bercabang. 

END

No comments:

Post a Comment