LAPORAN
PENELITIAN
RESPON
MENGHINDAR BURUNG TERHADAP KEHADIRAN PREDATOR DI UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FEBRI YANTI 2031311008
SLAMET SURADI 2031311030
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN
BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2015
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Predator adalah hewan yang memangsa hewan lainnya. Hal ini merupakan
bentuk simbiosis dua individu, dengan salah satunya akan menyerang atau memakan
individu lainnya. Mangsa sering mengandalkan adaptasi morfologi untuk menghindari
predator. Selain itu hewan mangsa juga mengembangkan strategi tingkah laku
seperti mengelompok dan bersuara untuk mengurangi resiko predasi (Caro 2005).
Tekanan predator yang dihadapi menyebabkan hewan mangsa mengembangkan tingkah
laku anti predator, yaitu suatu bentuk kewaspadaan dari mangsa terhadap
gangguan yang ditimbulkan oleh predator (Agrawal 2001). Burung mempertahankan
diri dengan memberi peringatan berupa suara, atau dengan meningkatkan
kewaspadaan. Biasanya predator tidak berburu sepanjang waktu, mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
beristirahat. Spesies mangsa biasanya akan berkumpul untuk mendekati dan
memeriksa atau bahkan mengganggu predator yang sedang beristirahat (Pavey &
Smyth 1998; Caro 2005). Tingkah laku ini tidak bebas dari risiko, karena mangsa
dapat saja diserang oleh predator (Dugatkin & Godin 1992).
Salah satu tingkah laku anti predator yang dilakukan oleh burung adalah Mobbing. Mobbing merupakan tingkah laku dimana burung-burung mangsa akan mengusik,
mengejar dan menyerang atau berusaha menggangu predator sehingga meninggalkan
lokasi mangsa (May 2001). Mobbing
secara luas dipahami sebagai strategi anti predator yang terjadi pada burung
dan mamalia. Tingkah laku ini dapat memberikan kemampuan burung untuk menjaga
sarang, keturunan, dan pelajaran kepada anaknya tentang potensi bahaya dari
predator (Arnold 2000). Selain itu Mobbing
juga dapat memberikan tanda bahaya kepada spesies burung mangsa lainnya (Slogsvold 1984). Hal
ini dapat menarik spesies lain untuk
terlibat dalam aktifitas Mobbing (Hurd 1996).
Salah satu yang jadi predator pada burung adalah burung yang datang
ditempat penelitian. Penelitian ini akan digunakan kayu dan bambu sebagai model
predator. Otus lempiji (celepuk reban) merupakan burung yang termasuk kedalam
famili Strigidae, berukuran kecil
dengan tubuh berwarna coklat pirang berbintik hitam dan kuning tua, tubuh
bagian bawah kuning tua, bercoretan hitam. Burung ini tersebar di Filiphina,
Kalimantan, Sumatera, Bangka Belitung, Jawa, dan Bali. Celepuk yang cukup umum
sampai ketinggian 1.600 mdpl. Burung ini lebih aktif pada sore hari, dengan
kebiasaan pada malam hari burung ini hanya duduk pada tenggeran rendah
mengeluarkan suara yang memilukan. Sewaktu-waktu berburu dari tenggeran dan
menyambar mangsa yang ada di tanah (Mackinnon 2010).
Universitas Bangka Belitung
merupakan Universitas yang terletak di Desa Balunijuk Kecamatan Merawang Kabupaten
Bangka. Keanekaragaman burung di Kampus Universitas Bangka Belitung beragam,
terutama di sekitar Auditorium Kampus terpadu Universitas Bangka Belitung.
Keanekaragaman burung di Kampus Universitas Bangka Belitung belum pernah di
teliti baik tingkah laku burung tersebut maupun respon menghindar terhadap
kehadiran predator. Oleh karena itu dilakukannya penelitian tentang “Respon Menghindar Burung Terhadap Kehadiran
Predator di Universitas Bangka Belitung”
Masalah
Universitas Bangka Belitung memiliki banyak lokasi habitat burung,
seperti hutan-hutan yang terdapat disekitar Auditorium serta pemukiman
perkebunan mahasiswa-mahasiswi Jurusan Pertanian Universitas Bangka Belitung.
Tetapi saat sampai saat ini belum diketahui data dan informasi mengenai
jenis-jenis burung di Kampus terpadu Universitas Bangka Belitung Kecamatan
Merawang Kabupaten Bangka.
Tujuan
1.
Mendapatkan
informasi kelompok burung dan reaksinya untuk terbang menghindar dari predator
2.
Mengetahui informasi jenis burung yang berada di sekitar
Auditorium Kampus terpadu Universitas Bangka Belitung.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan menjadi
data dan informasi tentang jenis burung yang berada di sekitar Auditorium
Kampus terpadu Universitas Bangka Belitung serta menjadi referensi bagi peneliti-peneliti
selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Predator
mengembangkan mekanisme untuk meningkatkan efisiensinya untuk menemukan dan
menangkap mangsa. Prey itu sendiri
mengalami tekanan selektif yang kuat untuk mengurangi peluang dapat termakan.
Sifat-sifat dasar untuk suksesnya pelarian prey
tersebut yaitu kecepatan yang lebih besar dibandingkan predator.
Predasi
hanyalah satu dari beberapa kematian yang berpengaruh pada populasi prey
dibawah kondisi alami. Beberapa akan tergantung pada kondisi fisik ligkungan,
sedangkan yang lainnya misalnya dapat bergantung pada kompetisi dan interaksi
biologis lainnya. Predasi dan kemampuan mengindar (akselerasi) dari predasi
berpengaruh kuat terhadap perilaku hampir semua hewan. Aktivitas dan perilaku
dari predator termasuk menangkap mangsa yang lalu lalang dengan menggunakan
berbagai teknik, bergantung pada spesies yang terkait seperti pengejaran, penyerangan,
menjebak, dan berbagai trik-trik lainnya yang digunakan demi mendapatkan prey sebagai mangsanya.
Kemungkinan prey dapat lolos dari predator merupakan
teknik khusus yang nampaknya mempunyai konsekuensi ekologis. Teknik yang
dipergunakan oleh prey untuk lari
dari predator sangat tergantung pada jenis prilaku predator yang ada dalam
interaksi itu. Terdapat empat metode pokok mengenai larinya prey:
1. Lari berdasarkan jumlah atau waktu populasi prey mengurangi tekanan predator
sehingga densitas predator tidak mungkin memberikan respon terhadap adanya prey yang secara periodik meninggi.
Adaptasi yang dilakukan predator meliputi soal waktu yaitu peningkatan populasi
predator seiring dengan peningkatan populasi prey. Populasi prey dapat
melarikan diri dalam waktu, dengan cara bereproduksi cepat untuk mempertahankan
populasi predator agar tidak menakan pertambahan prey tersebut. Prey
berkembang biak lebih cepat dari predator khususnya pada saat musim pertumbuhan
populasi keduanya terhambat.
Bila diasumsikan bahwa predator umumnya akan menyerang
individu yang terdekat sehingga yang tertangkap adalah individu pada kelompok
perifer, jadi lebih menguntungkan bagi individu yang berada pada posisi
sentral. Anggota-anggota kelompok yang lain dapat pula memberi peringatan pada
temannya tentang adanya ancaman dari predator. Tanda peringatan itu umumnya
tidaklah memberi informasi tentang lokasi atau identitas predator, tetapi
hanyalah suatu peringatan tentang adanya predator. Bergerombol juga
memungkinkan adanya keuntungan, yaitu yang disebut dengan efek konfusi
(eibl-eibesfeldt 1970), yaitu prey
melakukan banyak pergerakan untuk mengacaukan konsentrasi predator, jadi
mengurangi peluang keberhasilan penangkapan.
- Lari
dalam Ruang Pelarian prey dalam
ruang menyangkut baik evolusi mekanisme
dispersal jangka panjang, lebih efisien dari predator dan kemampuan jangka
pendek untuk lari dan bersembunyi menurunkan resiko predasi untuk
sekurang-kurangnya suatu bagian dari populasi prey. Pelarian dalam ruang dimungkinkan apabila bagian dari
habitat tidak secara efektif dieksploitasi oleh populasi predator.
- Lari
oleh ukuran terdapat hubungan antara ukuran predator dengan ukuran
rata-rata dan ukuran ekstrim dari prey
yang dimangsa. Batas ukuran untuk predasi berhubungan dengan
imbang-imbangan antara peluang untuk menangkap, potensi untuk melukai atau
mematikan dari predator dan waktu yang relatif panjang untuk menangani prey. Prey juga memiliki waktu untuk siap ditangkap.
- Lari
dengan mekanisme pertahanan lain mekanisme lari dalam hal ini diantaranya
meliputi mimikri, kamuflase dan kolorasi disruptif, pertahanan kimiawi dan
banyak mekanisme lainnya, seperti kecepatan yang memungkinkan individu prey menghindar dari predator. Selain
mekanisme diatas juga dikenal beberapa taktik lainnya. Perbedaan
perkembangan taktik predator dalam mendapatkan prey sesuai atau mungkin dapat melampaui dari perbedaan taktik
bertahan dan kebiasaan prey
tersebut. Secara umum taktik anti predator dari prey dapat digambarkan sebagai berikut: Melarikan diri dengan
berlari, berenang, atau terbang menjauh dari predator cara ini merupakan
salah satu taktik dasar dan sangat umum digunakan oleh prey. Tidak diragukan lagi bahwa
setiap hewan memiliki ketangkasan dan kegesitan tersendiri. Pada beberapa
spesies, prey yang benar-benar
diincar mungkin akan pergi jauh atau akan memutar balik arah tujuan atau
melompat atau mungkin pula terbang ke tempat lain, seperti menyelam ke
dasar air atau memanjat pohon.
Banyak jenis
dari prey mempunyai sistem sensor
akut dan dapat mendeteksi pemangsa sebelum mereka datang terlalu dekat dan
membahayakan.
Menggunakan pergerakan yang tidak dapat diduga tindakan ini biasanya disebut protean. Pelarian binatang mungkin dilakukan dengan cara zig-zag, melompat, mengganti arah terbang dan perpindahan lainnya dengan gaya yang sulit ditebak. Hal ini akan menyulitkan predator dalam mengikuti prey. Menggunakan kulit keras banyak jenis mangsa yang memiliki kulit atau tempurung yang keras dan kuat yang akan melapisi dari luar untuk melindungi mereka dari serangan. Menggunakan duri contohnya pada hewan landak, landak laut, bintang laut dan sebagainya.
menggunakan serangan bertahan menyerang balik banyak jenis prey yang dapat menjadi sangat agresif. Kebanyakan dari serangga dan banyak rodentia dapat menyebabkan gigitan serius yang dapat melumpuhkan penyerang mereka. Mangsa yang sama besar atau lebih besar dari predatornya mempunyai kekuatan yang sama atau mungkin lebih besar sehingga pada beberapa kasus mereka dapat menyerang balik. Membalas dengan serangan mendadak atau gigitan beracun menggunakan racun yang didapat dari hewan lain: Misalanya pada Molusca yang memakan Coelenterata dan kemudian menggunakan racun yang diperoleh dari Coelenterata untuk melindungi dirinya dari predator.
Menggunakan pergerakan yang tidak dapat diduga tindakan ini biasanya disebut protean. Pelarian binatang mungkin dilakukan dengan cara zig-zag, melompat, mengganti arah terbang dan perpindahan lainnya dengan gaya yang sulit ditebak. Hal ini akan menyulitkan predator dalam mengikuti prey. Menggunakan kulit keras banyak jenis mangsa yang memiliki kulit atau tempurung yang keras dan kuat yang akan melapisi dari luar untuk melindungi mereka dari serangan. Menggunakan duri contohnya pada hewan landak, landak laut, bintang laut dan sebagainya.
menggunakan serangan bertahan menyerang balik banyak jenis prey yang dapat menjadi sangat agresif. Kebanyakan dari serangga dan banyak rodentia dapat menyebabkan gigitan serius yang dapat melumpuhkan penyerang mereka. Mangsa yang sama besar atau lebih besar dari predatornya mempunyai kekuatan yang sama atau mungkin lebih besar sehingga pada beberapa kasus mereka dapat menyerang balik. Membalas dengan serangan mendadak atau gigitan beracun menggunakan racun yang didapat dari hewan lain: Misalanya pada Molusca yang memakan Coelenterata dan kemudian menggunakan racun yang diperoleh dari Coelenterata untuk melindungi dirinya dari predator.
Predator penyerang
dengan suara yang mengejutkan, desisan, dan sebagainya. Beberapa ada yang
merubah bentuk, ukuran tubuh ataupun melepaskan bagian tubuh mereka. Respon
awal tersebut disebut Protean. Menggunakan pertahanan kimia, contohnya pada
sigung. Kamuflase menggunakan mekanisme ganti kulit menggunakan bahan kamu
flase lainnya yang dapat menipu pemangsanya menciptakan kebingungan pemangsa. Ada
beberapa jenis prey yang menahan
serangan dengan membuat bingung predatornya. Misalnya : Gurita yang
mengeluarkan tinta hitam untuk melarikan diri agar tidak terlihat oleh
predatornya. Bersembunyi atau mencari tempat perlindungan Mencari perlindungan
dengan cara hidup berkelompok satu diantara banyaknya kebiasaan nilai
pertahanan yang dimiliki hewan adalah melalui berkelompok dengan individu
lainnya. Bila ada yang tertangkap maka ada kemungkinan bahwa yang tertangkap
itu bukan dirinya, sehingga memungkinkan dirinya untuk kabur menyelamatkan
diri. Hal ini dikenal sebagai prinsip you
first.
BAHAN
DAN METODE
Waktu
Dan Tempat
Praktikum
mengenai “Respon Menghindar Burung Terhadap Kehadiran Predator di Universitas Bangka Belitung” dilakukan pada hari
kamis 10 November 2015, pada pukul 06.00-07.00 dan dilanjutkan lagi 16.00-17.00
WIB, bertempat di hutan sekitar Audiotorium Kampus terpadu Universitas Bangka Belitung.
Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, camera, GPS, meteran, dan
thermometer. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah predator
(bambu dan kayu).
Cara
kerja
Pengamatan dilakukan
terhadap semua burung yang berada di hutan, pengamatan pada burung dilakukan
oleh dua orang. Salah satu orang memegang dua buah tongkat dan yang lainnya
memegang tali meteran dan alat pencacah (tally
Counter).
Mekanisme
kerja untuk setiap kali pengamatan (setelah menjumpai burung di lapangan)
adalah sebagai berikut: salah seorang menghitung burung yang akan diamati
seorang yang lainya dengan memegang kedua tongkat berjalan mendekati burung
atau kelompok dengan memusatkan pandangan terhadap salah satu induvidu burung
yang menjadi pusat kelompok (bila berkelompok), yaitu burung-burung yang
terdekat dengan predator (pengamat), kemudian melemparkan salah satu tongkat
pada saat burung menjadi pusat perhatian pengamatan terbang untuk menghindari
pengamat, tongkat kedua pada titik dimana individu burung yang diamati terbang
menghidar predator, kemudian mengukur jarak antara tongkat yang pertama dengan
yang kedua. Hasil pengamatan dicatat dalam tabel pengamatan dan pengamatan
faktor-faktor lingkungan diukur pada setiap jam percobaan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil
pengamatan jumlah dan jenis burung yang ditemukan di belakang Auditorium dan
depan Auditorium Kampus terpadu Universitas Bangka Belitung (Tabel 1).
Tabel 1. Hasil pengamatan respon
menghindar pada burung terhadap kehadiran predator
Waktu pengamatan
|
Lokasi
pengamatan
|
Jenis burung
|
Jarak mangsa
dan predator
|
Faktor
lingkungan
|
Pagi hari
|
Depan
Auditorium
|
-
|
Bambu:
8 m
Kayu:
9,5 m
|
29°C
|
Belakang
Auditorium
|
1 pipit
|
Bambu:
14 m
Kayu:
14,2 m
|
29°C
|
|
Sore
hari
|
Depan
Auditorium
|
11 mencuit
|
Bambu:
6,6 m
Kayu:
7,5 m
|
30°C
|
Belakang
Auditorium
|
3
mencuit
1
pipit
|
Bambu:
8,3 m
Kayu:
9 m
|
31°C
|
Pembahasan
Berdasarkan hasil
pengamatan pada waktu pengamatan pagi
hari di belakang Auditorium Univesitas Bangka Belitung ditemukan 1 pipit dan di
depan Auditorium tidak ditemukan burung. Hal ini diduga kemungkinan mangsa
dapat lolos dari predator merupakan teknik khusus yang nampaknya mempunyai
konsekuensi ekologis. Menurut Peterson (1980), teknik yang dipergunakan oleh
mangsa untuk lari dari predator sangat tergantung pada jenis prilaku predator
yang ada dalam interaksi tersebut.
Menurut Arianto (2007),
salah satu tingkah laku anti predator yang dilakukan adalah mobbing. Mobbing merupakan tingkah laku dimana burung-burung mangsa akan
mengusik, mengejar dan menyerang atau berusaha mengganggu predator sehingga
meninggalkan lokasi mangsa. Mobbing
dapat memberikan kemampuan burung untuk menjaga sarang, keturunan dan pelajaran
kepada anaknya tentang potensi bahaya dari predator, selain itu mobbing juga dapat memberikan tanda
bahaya kepada spesies burung mangsa lainnya (Afrianto 2007).
Pada pengamatan sore
hari dilokasi depan Auditorium terdapat 11 burung mencuit (lampiran 5) dan di
belakang Auditorium ditemukan 3 mencuit dan 1 pipit. jarak lemparan predator 1
(kayu) dan predator 2 (bambu) adalah 50 cm (lampiran 4) pada lokasi depan Auditorium, dimana burung
mencuit tersebut dalam keadaan mengelompok. Hal ini terjadi kerena burung
merespon ketika praktikum mendekati pada jarak tertentu, burung merasa
terancam. Menurut Bibby (2000), burung akan terbang menjauh apabila predator
(dalam hal ini manusia) memasuki jarak yang menurut burung membahayakan. Burung
mempertahankan diri dengan memberi peringatan berupa suara atau dengan
meningkatkan kewaspadaannya, misalnya pada burung yang akan memberikan
peringatan dengan mengeluarkan suara atau dengan menggerakan kepalanya kekanan
dan kekiri. Perilaku tersebut dinamakan anti-predator yaitu suatu bentuk kewaspadaan
terhadap gangguan yang ditimbulkan dari luar (predator) (wolf 1990).
Menurut
Afrianto (2007), ada beberapa faktor yang mendorong migrasi hewan, terutama
burung yaitu:
Faktor Eksternal
1. Angin
Pada
ketinggian dimana burung terbang, kecepatan angin bisa mencapai 20 mil/jam.
Angin pertama bisa saja mendorong burung untuk terbang maju atau malah
sebaliknya menghempaskannya ke belakang, padahal angin kedua (susulan) dapat
dengan mudah mengandalkan kecepatan tersebut. Angin kencang dapat mencegah
burung kecil untuk migrasi.
2. Temperatur
Pada
musim semi, burung-burung daerah utama lebih memilih suhu yang hangat dan angin
selatan yang dicirikan oleh adanya sistem tekanan tinggi dibelahan selatan,
dimusim gugur, mereka lebih menyukai suhu rendah dan angin utara yang terjadi
mengikuti jalur dingin didepan.
3. Curah
hujan
Air merupakan kebutuhan
penting bagi keberlangsungan hidup flora dan fauna. Bagi lingkungan kehidupan
darat, sumber air untuk memenuhi kebutuhan organisme terutama berasal dari
hujan atau bentuk presipatasi lainnya.
4. Kelembapan
udara
Kelembapan
udara merupakan menunjukan banyaknya uap air yang terkandung dalam udara. Zat
hara penting akan diserap oleh akar tumbuhan dengan bantuan air. Air juga
sangat berperan dalam reaksi pembentukan bahan organik bagi tumbuhan. Begitu
pula bagi manusia dan hewan, air merupakan kebutuhan yang sangat penting.
Faktor Internal
Aktivasi kelenjer endokrin
Burung
mulai bermigrasi pada waktu yang sama setiap tahun. Keberangkatan burung untuk
bermigrasi tampaknya ditentukan oleh pengaruh interakssi kompleks dari berbagai
rangsangan luar (termasuk cuaca) dan penggalan biologis yang memungkinkan
burung mengetahui perubahan musim.
Pertambahan populasi
a. Kompetisi
dalam mendapatkan makanan dan air
Penyebab
migrasi yang lain erat kaitannya dengan penambahan populasi baru. Ledakan
populasi akibat menetasnya anak burung menyebabkan tuntunan makanan dalam
jumlah besar secara tiba-tiba, tetapi hal ini bersifat sementara. Keadaan ini
menyebabkan burung terbang kedaerah musim semi untuk memenuhi kebutuhan
makanan.
b. Kompetisi
dalam mendapatkan ruang tinggal
Pertambahan populasi
juga menyebabkan dampak yang bersifat permanenan, seperti perubahan ruang
tinggal atau daerah kekuasaan. Hal ini juga akaan semakin potensial terjadi
jika pada daerah itu terdapat banyak spesies yang saling berkompetisi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian ini dapat diketahui jumlah burung pada sore hari lebih banyak dari
pada pagi hari, hal ini disebabkan burung merespon ketika praktikan mendekati
pada jarak tertentu, burung merasa tidak nyaman. Burung akan menjauh apabila
predator memasuki jarak yang menurut burung membahayakan burung serta mendapat
informasi kelompok burung, reaksi menghindar predator dan informasi jenis
burung yang berada disekitar Auditorium
Kampus terpadu Universitas Bangka Belitung.
DAFTAR
PUSTAKA
Agrawal
,A. A. 2001. Ecology - Phenotypic
Plasticity in the Interactions and Evolution of
Species. Science, 294: 321-326.
Arnold,
K. E. 2000. Group Mobbing Behaviour and
Nest Defence in a Cooperatively
Breeding
Australian Bird. Ethology, 106: 385-393.
Afrianto E. 2007. Anti Predator pada Passer Montanus. Indonesia: Universitas
Panjajaran.
Bibby C. 2000. Teknik Ekspedisi Laporan Survey Burung. Bogor Indonesia Bird International
Indonesia Programme.
Caro
,T. M. 2005. Antipredator Defenses in
Birds and Mammals.University of Chicago Press, Chicago, IL.Cresswell W,
2008, Non-lethal effects of predation in
birds.Ibis, 150: 3-17.
Dugatkin,
L.A. 1997. Cooperation among Animals: An
Evolutionary Perspective. Oxford University Press.
Peterson. 1980. Burung Pustaka Alam “Life”. Jakarta:
Tira Pustaka.
Wolf C. 1990. Ekologi Umum Jilid 2. Yogyakarta : UGM
Press.
No comments:
Post a Comment