PENDAHULUAN
Latar Belakang
Budidaya jamur merupakan suatu
usaha dalam memperbanyak jamur yang kemudian dapat digunakan dalam kehidupan
seperti sebagai sumber bahan pangan. Budidaya jamur dimulai dari tahap pertama
yakni pembibitan, dimana pembuatan bibit merupakan
salah
satu kegiatan sub budidaya yang menduduki posisi penting.
Hasil pembibitan yang baik akan meghasilkan bibit yang baik, kemudian jamur
yang dibudidayakan tentunya dihasilkan dengan kualitas yang baik pula (Gunawan
2001).
Salah satu upaya
dalam menghasilkan bibit jamur berkualitas, sangat diperlukan media yang
optimal yang dapat menyediakan sumber nutrisi yang diperlukan jamur dalam hal
pertumbuhan serta perkembangannya. Pembuatan bibit dapat dilakukan dengan
pembuatan bibit induknya terlebih dahulu. Pembuatan bibit induk, umumnya
menggunakan media yang berasal dari biji-bijian, hal ini disebabkan biji-bijian
mengandung gula (monosakarida) yang merupakan sumber karbon bagi pertumbuhan
jamur dan dibutuhkan dalam pertumbuhan miselium jamur (Genders 1986).
Media untuk
biakan induk memiliki komposisi tertentu yakni memiliki kandungan air,
biji-bijia, dedak dan kapur tohor. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan
praktikum Pembuatan Media dan Biakan Induk dari jamur, dalam praktikum ini
jamur tiram untuk mempelajari dan mengetahui cara pembuatan media dan biakan
induk dari jamur tiram (Rianto 2010).
Tujuan
Adapun tujuan
dari praktikum ini ialah untuk mengetahui bahan yang digunakan dalam biakan
induk, mengetahui cara pembuatan media bahan induk, mengetahui tata cara
perbanyakan induk dan juga mengetahui cara inokulasi biakan induk.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 24 tanggal
September 2015, di laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi, Universiras Bangka Belitung.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah autoklaf,
botol media, bunsen, kompor, panci presto, pinset dan timbangan. Sedangkan
bahan yang dignakan pada praktikum ini adalah alkohol 70%, dedak, jagung,
kapas, kapur tohor, karet gelang dan kertas koran.
Cara Kerja
1. Pembuatan Media Biakan Induk
500 gr biji jagung dicuci dan direndam selama 24 jam, biji
yang mengapung lalu dibuang. Kemudian biji jagung direbus sampai mekar,
selanjutnya ditiriskan dan dicampur dengan dedak sebanyak 2,5 gr dan kapur
sebanyak 50 gr secara merata, media diusahakan basah tetapi tidak meneteskan
air, media yang terlalu kering dapat ditambahkan dengan air. Bahan yang telah
dicampur dimasukkan kedalam botol, kemudian disterilisasi dengan autoklaf
selama 30 menit pada suhu 121⁰C dengan tekanan 1 atm.
2. Pembuatan Biakan Induk
Setelah media biji jagung dingin, bibit induk diinokulasi
dengan mengambil kira-kira 1x1 cm media PDAS yang telah ditumbuhi miselium dan diletakkan
dipermukaan media biji jagung. Media biji jagung yang telah diinokulasi
kemudian diinkubasi pada suhu ruang tanpa cahaya. Media biji jagung akan
ditumbuhi oleh miselium secara merata, bila ada bagian yang tidak ditumbuhi
miselium berarti bibit induk tersebut mengalami kontaminasi.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Adapun hasil
dari praktikum Pembuatan Media Biakan Induk dan Pembuatan Biakan Induk ialah
sabagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pembuatan Biakan
Induk dengan menggunakan media biakan induk yang telah dilakukan
Botol
media ke-
|
Hasil
|
1
|
Miselium berwarna
putih memenuhi botol
|
2
|
Miselium berwarna
putih memenuhi botol
|
3
|
Miselium berwarna
putih memenuhi botol
|
4
|
Miselium berwarna
putih memenuhi botol
|
5
|
Miselium berwarna
putih memenuhi botol
|
6
|
Kontaminan dengan
miselium berwarna hijau kekuning-kuningan
|
Pembahasan
Praktikum kali
ini ialah mengenai Pembuatan Media Biakan Induk dan Pembuatan Biakan Induk yang
bertujuan untuk mengetahui bahan yang digunakan dalam biakan induk, mengetahui
cara pembuatan media bahan induk, mengetahui tata cara perbanyakan induk dan
juga mengetahui cara inokulasi biakan induk. Pembuatan Media Biakan Induk
digunakan untuk memperbanyak bibit yang berasal dari media biakan murni hasil
kultur jaringan yang telah ditumbuhi miselium.
Pembuatan media
ini menggunakan biji jagung (Zea mays)
yang telah direbus hingga mekar, selanjuntnya ditiriskan dan dicampur dengan
dedak sebanyak 2,5 gr dan juga kapur tohor sebanyak 50 gr secara merata. Biji
jagung yang telah siap digunakan sebagai media, dicampur dengan bekatul dan
dolomit sesuai dengan perbandingan yang telah ditentukan. Media yang telah
dicampur rata diisikan kedalam botol bekas saus sambil dihentakkan pada lantai
(dipadatkan). Hal ini bertujuan agar media dalam botol menjadi padat. Setelah
botol penuh, media kembali dipadatkan dengan menggunakan pinset. Botol yang telah penuh berisi media ditutup
dengan kapas dan plastik untuk menghindari masuknya uap air pada saat
sterilisasi. Penyusunan botol dalam alat sterilisasi adalah salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan proses sterilisasi. Media dibuat basah namun tidak
sampai meneteskan air, selanjutnya bahan yang telah dicampur dimasukkan ke
dalam botol dan disterilisasi dengan autoklaf selama 30 menit dengan suhu 1210
C dengan tekanan 1 atm.
Pembuatan Biakan
Induk merupakan perbanyakan bibit yang berasal dari media biakan yang telah
dilakukan sebelumnya. Pembuatan media ini dilakukan dengan menginokulasikan
dengan bibit induk dengan mengambil kira-kira 1x1 cm media PDAS yang telah
ditumbuhi miselium dan diletakkan di permukaan media biji-bijian. Selanjutnya
media diinkubasi dengan suhu ruang tanpa cahaya. Media biji-bijan akan
ditumbuhi miselium secara merata, dan bila ada bagian yang tidak ditumbuhi
miselium berarti bibit induk mengalami kontaminasi.
Berdasarkan
hasil praktikum menunjukkan dalam pembuatan media biakan induk, media yang
dibuat sebanyak 6 botol, dan kemudian biakan induk diinokulasi dan kemudian
diinkubasi menghasilkan biakan induk sebanyak 5 dengan membentuk hasil miselium
yang berwarna putih diatas media biji-bijian, dengan jumlah botol yang
mengalami kontaminasi sebanyak 1 botol dengan miselium yang membentuk warna
hijau kekuning-kuningan.
Hasil ini
menunjukkan bahwa media yang dibuat dalam praktikum cukup baik sehingga
menghasilkan banyak biakan induk yang dapat digunakan untuk budidaya jamur. Pembuatan
biakan induk memerlukan inkubasi sekita 7-14 hari, hal ini disebabkan hifa
memiliki waktu pertumbuhan sekitar 14 hari atau 2 minggu. Hifa ini kemudian
akan menutupi media yang berisikan dedak, kapur tohor dan juga biji jagung.
Biji jagung yang
digunakan dalam media bertujuan untuk digunakan jamur dalam memenuhi nutrisi,
karena jagung memiliki kandungan gula (karbohidrat) yang dibutukan jamur dalam
pertumbuhan hifanya. Dedak dalam media ini berfungsi dalam pertumbuhan miselium
jamur, hal ini disebabkan karena dedak mengandung vitamin B kompleks. Sementara
penggunaan kapur tohor berguna dalam pengaturan pH subtrat tanam, hal ini agar
media tetap dalam keadaan netral atau basa ( Cahyana et al.1999). Menurut Suriawiria (1986), medium biakan induk harus
memiliki pH antara 5,5-6,5, kelembapan 68%, CO2 kurang dari 1%, suhu sekitar
23-25ÂșC dan memiliki partikel yang agak kasar supaya tidak mudah memadat
sehingga tidak menghambat ruang pertumbuhan miselium. Campuran bahan media
tumbuh berupa biji jagung, bekatul dan dolomit harus memenuhi syarat yang
dibutuhkan jamur serta didukung oleh kondisi lingkungan yang memadai.
Media
yang berisikan biakan induk diinkubasi ditempat gelap, hal ini disebabkan
pertumbuhan biakan induk jamur lebih baik tumbuh di tempat gelap dibandingkan
di tempat terang. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianto et al. (2010), pertumbuhan
miselim jamur akan tumbuh lebih cepat daripada
ditempat terang dengan cahaya matahari berlipmpah. Pertumbuhan miselium akan tumbuh
dengan baik dengan cahaya 500-1000 lux. Begitu juga pada masa pertumbuhan
miselum pertumbuhan primordial dan pertumbuhan tubuh buah jamur. Pada budidaya
jamur tiram suhu udara memegang peranan penting untuk medapatkan pertumbuhan
badan buah yang optimal. Pada umumya suhu yang optimal untuk pertubuhan jmur
tiram dibedakan menjadi 2 fase yaitu fase inkubasi yang emerlukan suhu uara
berkisar antara 24-29 derajat celcius dengan kelembapan 90-100 % dan fase
pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara atara 21-30 derajat celius. Lama
waktu pertumbuhan miselium pada substrat tanaman berkisar 10-14 hari.
Berdasarkan
hasil yang mana terdapat botol yang terkena kontaminasi dapat disebabkan karena
saat pemindahan terjadi kontaminasi oleh mikroba udara, hal ini terlihat dari
hasil yang seharusnya berwarna putih namun yang didapatkan miselium yang
berwarna hijau kekuningan. Menurut Fauziah (2014), saat pembuatan biakan induk
akan terlihat hasil biakan induk yang berhasil dan juga yang mengalami
kontaminasi. Hal tersebut dapat dapat dilihat dari perbedaan miselium
jamur tiram dengan miselim jamur lain, yakni miselium
jamur tiram berwarna putih berkembang seperti akar tumbuhan dan terlihat jelas
guratan guratan seperti akar walaupun miseliumnya tipis tetapi jika diamati
dengan seksama hal tersebut diatas akan terlihat jelas , sementara miselium
jamur lain juga berwarna putih bersih tetapi guratan guratan seperti akar
tumbuhan tidak tampak dan seperti benang putih sangat halus, putih seperi kapuk
menumbuhi media tidak hanya dari bagian atas media yang ditanami bibit jamur
terkadang tumbuh dari samping atau bawah media.
Menurut Genders (1986),
awal dari budidaya jamur membutuhkan biakan murni yang bebas dari kontaminasi
dan memiliki sifat – sifat genetik yang baik, yakni dalam hal kuantitas maupun
kualitas. Untuk menghasilkan mutu jamur yang baik tentu sangat tergantung dari
mutu bibitnya, bibit jamur tiram yang baik salah satunya ditandai dengan
miselium yang merata diseluruh media tumbuh.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan
media biakan induk memerlukan media yang mengandung nutrisi yang cukup yang
terdiri dari biji jagung sebagai sumber karbohidrat, dedak sebagai sumber
vitamin B komples dan kapur tohor sebagai pengaturan pH. Pembuatan biakan induk
dilakukan dengan memindahkan miselium jamur kedalam media biakan induk yakni
dengan menebarkan miselium di atas media biji-bijian. Pembuatan biakan induk
dan juga pembuatan biakan induk dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara
aseptis untuk didapatkan biakan induk yang baik dan tidak mengalami
kontaminasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Cahyana
Y.A Muchrodji dan M. Bakrun. 1999. Jamur Tiram. Jakarta.Penebar Swadaya.
Nunung
M dan Abbas Siregar D. 2001. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta.Kanisius.
Fauziah, Yusran dan Irmasari. 2014.
Pengaruh Media Tumbuh Beberapa Limbah Serbuk Kayu Gergajian Terhadap
Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Warta Rimba 2 (1): 45-53.
Genders.
1986. Becocok Tanam Jamur.Bandung.Pioner Jaya.
Gunawan
AW. 2001. Usaha pembibitan Jamur. Jakarta. Penebar swada
Rianto F. 2010. Pembibitan Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus) Di Balai
Pengembangan dan Promosi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPPTPH) Ngipiksari
Sleman, Yogyakarta. [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Suriawiria U. 1986. Pengantar Untuk Mengenal dan
Menanam Jamur. Bandung.
Angkasa.