Tuesday, October 27, 2015

BUDIDAYA JAMUR

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Budidaya jamur merupakan suatu usaha dalam memperbanyak jamur yang kemudian dapat digunakan dalam kehidupan seperti sebagai sumber bahan pangan. Budidaya jamur dimulai dari tahap pertama yakni pembibitan, dimana pembuatan bibit merupakan salah satu kegiatan sub budidaya yang menduduki posisi penting. Hasil pembibitan yang baik akan meghasilkan bibit yang baik, kemudian jamur yang dibudidayakan tentunya dihasilkan dengan kualitas yang baik pula (Gunawan 2001).
Salah satu upaya dalam menghasilkan bibit jamur berkualitas, sangat diperlukan media yang optimal yang dapat menyediakan sumber nutrisi yang diperlukan jamur dalam hal pertumbuhan serta perkembangannya. Pembuatan bibit dapat dilakukan dengan pembuatan bibit induknya terlebih dahulu. Pembuatan bibit induk, umumnya menggunakan media yang berasal dari biji-bijian, hal ini disebabkan biji-bijian mengandung gula (monosakarida) yang merupakan sumber karbon bagi pertumbuhan jamur dan dibutuhkan dalam pertumbuhan miselium jamur (Genders 1986).
Media untuk biakan induk memiliki komposisi tertentu yakni memiliki kandungan air, biji-bijia, dedak dan kapur tohor. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan praktikum Pembuatan Media dan Biakan Induk dari jamur, dalam praktikum ini jamur tiram untuk mempelajari dan mengetahui cara pembuatan media dan biakan induk dari jamur tiram (Rianto 2010).
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini ialah untuk mengetahui bahan yang digunakan dalam biakan induk, mengetahui cara pembuatan media bahan induk, mengetahui tata cara perbanyakan induk dan juga mengetahui cara inokulasi biakan induk.





BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 24 tanggal September 2015, di laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universiras Bangka Belitung.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah autoklaf, botol media, bunsen, kompor, panci presto, pinset dan timbangan. Sedangkan bahan yang dignakan pada praktikum ini adalah alkohol 70%, dedak, jagung, kapas, kapur tohor, karet gelang dan kertas koran.
Cara Kerja
1.       Pembuatan Media Biakan Induk
500 gr biji jagung dicuci dan direndam selama 24 jam, biji yang mengapung lalu dibuang. Kemudian biji jagung direbus sampai mekar, selanjutnya ditiriskan dan dicampur dengan dedak sebanyak 2,5 gr dan kapur sebanyak 50 gr secara merata, media diusahakan basah tetapi tidak meneteskan air, media yang terlalu kering dapat ditambahkan dengan air. Bahan yang telah dicampur dimasukkan kedalam botol, kemudian disterilisasi dengan autoklaf selama 30 menit pada suhu 121C dengan tekanan 1 atm.
2.      Pembuatan Biakan Induk
Setelah media biji jagung dingin, bibit induk diinokulasi dengan mengambil kira-kira 1x1 cm media PDAS yang telah ditumbuhi miselium dan diletakkan dipermukaan media biji jagung. Media biji jagung yang telah diinokulasi kemudian diinkubasi pada suhu ruang tanpa cahaya. Media biji jagung akan ditumbuhi oleh miselium secara merata, bila ada bagian yang tidak ditumbuhi miselium berarti bibit induk tersebut mengalami kontaminasi.





HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Adapun hasil dari praktikum Pembuatan Media Biakan Induk dan Pembuatan Biakan Induk ialah sabagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pembuatan Biakan Induk dengan menggunakan media biakan induk yang telah dilakukan
Botol media ke-
Hasil
1
Miselium berwarna putih memenuhi botol
2
Miselium berwarna putih memenuhi botol
3
Miselium berwarna putih memenuhi botol
4
Miselium berwarna putih memenuhi botol
5
Miselium berwarna putih memenuhi botol
6
Kontaminan dengan miselium berwarna hijau kekuning-kuningan
Pembahasan
Praktikum kali ini ialah mengenai Pembuatan Media Biakan Induk dan Pembuatan Biakan Induk yang bertujuan untuk mengetahui bahan yang digunakan dalam biakan induk, mengetahui cara pembuatan media bahan induk, mengetahui tata cara perbanyakan induk dan juga mengetahui cara inokulasi biakan induk. Pembuatan Media Biakan Induk digunakan untuk memperbanyak bibit yang berasal dari media biakan murni hasil kultur jaringan yang telah ditumbuhi miselium.
Pembuatan media ini menggunakan biji jagung (Zea mays) yang telah direbus hingga mekar, selanjuntnya ditiriskan dan dicampur dengan dedak sebanyak 2,5 gr dan juga kapur tohor sebanyak 50 gr secara merata. Biji jagung yang telah siap digunakan sebagai media, dicampur dengan bekatul dan dolomit sesuai dengan perbandingan yang telah ditentukan. Media yang telah dicampur rata diisikan kedalam botol bekas saus sambil dihentakkan pada lantai (dipadatkan). Hal ini bertujuan agar media dalam botol menjadi padat. Setelah botol penuh, media kembali dipadatkan dengan menggunakan pinset.  Botol yang telah penuh berisi media ditutup dengan kapas dan plastik untuk menghindari masuknya uap air pada saat sterilisasi. Penyusunan botol dalam alat sterilisasi adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses sterilisasi. Media dibuat basah namun tidak sampai meneteskan air, selanjutnya bahan yang telah dicampur dimasukkan ke dalam botol dan disterilisasi dengan autoklaf selama 30 menit dengan suhu 1210 C dengan tekanan 1 atm.
Pembuatan Biakan Induk merupakan perbanyakan bibit yang berasal dari media biakan yang telah dilakukan sebelumnya. Pembuatan media ini dilakukan dengan menginokulasikan dengan bibit induk dengan mengambil kira-kira 1x1 cm media PDAS yang telah ditumbuhi miselium dan diletakkan di permukaan media biji-bijian. Selanjutnya media diinkubasi dengan suhu ruang tanpa cahaya. Media biji-bijan akan ditumbuhi miselium secara merata, dan bila ada bagian yang tidak ditumbuhi miselium berarti bibit induk mengalami kontaminasi.
Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan dalam pembuatan media biakan induk, media yang dibuat sebanyak 6 botol, dan kemudian biakan induk diinokulasi dan kemudian diinkubasi menghasilkan biakan induk sebanyak 5 dengan membentuk hasil miselium yang berwarna putih diatas media biji-bijian, dengan jumlah botol yang mengalami kontaminasi sebanyak 1 botol dengan miselium yang membentuk warna hijau kekuning-kuningan.
Hasil ini menunjukkan bahwa media yang dibuat dalam praktikum cukup baik sehingga menghasilkan banyak biakan induk yang dapat digunakan untuk budidaya jamur. Pembuatan biakan induk memerlukan inkubasi sekita 7-14 hari, hal ini disebabkan hifa memiliki waktu pertumbuhan sekitar 14 hari atau 2 minggu. Hifa ini kemudian akan menutupi media yang berisikan dedak, kapur tohor dan juga biji jagung.
Biji jagung yang digunakan dalam media bertujuan untuk digunakan jamur dalam memenuhi nutrisi, karena jagung memiliki kandungan gula (karbohidrat) yang dibutukan jamur dalam pertumbuhan hifanya. Dedak dalam media ini berfungsi dalam pertumbuhan miselium jamur, hal ini disebabkan karena dedak mengandung vitamin B kompleks. Sementara penggunaan kapur tohor berguna dalam pengaturan pH subtrat tanam, hal ini agar media tetap dalam keadaan netral atau basa ( Cahyana et al.1999). Menurut Suriawiria (1986), medium biakan induk harus memiliki pH antara 5,5-6,5, kelembapan 68%, CO2 kurang dari 1%, suhu sekitar 23-25ÂșC dan memiliki partikel yang agak kasar supaya tidak mudah memadat sehingga tidak menghambat ruang pertumbuhan miselium. Campuran bahan media tumbuh berupa biji jagung, bekatul dan dolomit harus memenuhi syarat yang dibutuhkan jamur serta didukung oleh kondisi lingkungan yang memadai.
 Media yang berisikan biakan induk diinkubasi ditempat gelap, hal ini disebabkan pertumbuhan biakan induk jamur lebih baik tumbuh di tempat gelap dibandingkan di tempat terang. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianto et al. (2010),  pertumbuhan miselim jamur akan tumbuh lebih cepat daripada ditempat terang dengan cahaya matahari berlipmpah. Pertumbuhan miselium akan tumbuh dengan baik dengan cahaya 500-1000 lux. Begitu juga pada masa pertumbuhan miselum pertumbuhan primordial dan pertumbuhan tubuh buah jamur. Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan penting untuk medapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumya suhu yang optimal untuk pertubuhan jmur tiram dibedakan menjadi 2 fase yaitu fase inkubasi yang emerlukan suhu uara berkisar antara 24-29 derajat celcius dengan kelembapan 90-100 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara atara 21-30 derajat celius. Lama waktu pertumbuhan miselium pada substrat tanaman berkisar 10-14 hari.
Berdasarkan hasil yang mana terdapat botol yang terkena kontaminasi dapat disebabkan karena saat pemindahan terjadi kontaminasi oleh mikroba udara, hal ini terlihat dari hasil yang seharusnya berwarna putih namun yang didapatkan miselium yang berwarna hijau kekuningan. Menurut Fauziah (2014), saat pembuatan biakan induk akan terlihat hasil biakan induk yang berhasil dan juga yang mengalami kontaminasi. Hal tersebut dapat dapat dilihat dari perbedaan miselium jamur tiram dengan miselim jamur lain, yakni miselium jamur tiram berwarna putih berkembang seperti akar tumbuhan dan terlihat jelas guratan guratan seperti akar walaupun miseliumnya tipis tetapi jika diamati dengan seksama hal tersebut diatas akan terlihat jelas , sementara miselium jamur lain juga berwarna putih bersih tetapi guratan guratan seperti akar tumbuhan tidak tampak dan seperti benang putih sangat halus, putih seperi kapuk menumbuhi media tidak hanya dari bagian atas media yang ditanami bibit jamur terkadang tumbuh dari samping atau bawah media.
Menurut Genders (1986), awal dari budidaya jamur membutuhkan biakan murni yang bebas dari kontaminasi dan memiliki sifat – sifat genetik yang baik, yakni dalam hal kuantitas maupun kualitas. Untuk menghasilkan mutu jamur yang baik tentu sangat tergantung dari mutu bibitnya, bibit jamur tiram yang baik salah satunya ditandai dengan miselium yang merata diseluruh media tumbuh.


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan media biakan induk memerlukan media yang mengandung nutrisi yang cukup yang terdiri dari biji jagung sebagai sumber karbohidrat, dedak sebagai sumber vitamin B komples dan kapur tohor sebagai pengaturan pH. Pembuatan biakan induk dilakukan dengan memindahkan miselium jamur kedalam media biakan induk yakni dengan menebarkan miselium di atas media biji-bijian. Pembuatan biakan induk dan juga pembuatan biakan induk dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara aseptis untuk didapatkan biakan induk yang baik dan tidak mengalami kontaminasi.


DAFTAR PUSTAKA
Cahyana Y.A Muchrodji dan M. Bakrun. 1999. Jamur Tiram. Jakarta.Penebar Swadaya.
Nunung M dan Abbas Siregar D. 2001. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta.Kanisius.
Fauziah, Yusran dan Irmasari. 2014. Pengaruh Media Tumbuh Beberapa Limbah Serbuk Kayu Gergajian Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih  (Pleurotus ostreatus). Warta Rimba 2 (1): 45-53.
Genders. 1986. Becocok Tanam Jamur.Bandung.Pioner Jaya.
Gunawan AW. 2001. Usaha pembibitan Jamur. Jakarta. Penebar swada
Rianto F. 2010. Pembibitan Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus) Di Balai Pengembangan dan Promosi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPPTPH) Ngipiksari Sleman, Yogyakarta. [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Suriawiria U. 1986. Pengantar Untuk Mengenal dan Menanam Jamur. Bandung. Angkasa.

No comments:

Post a Comment