Monday, May 01, 2017

"KELEKAK" Di Desa Pagarawan Kabupaten Bangka Induk


MAKALAH


KELEKAK
Di Desa Pagarawan Kab. Bangka Induk


Jurusan Biologi

Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi
Universitas Bangka Belitung
2017


PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Wanatani atau agroforestry adalah suatu bentuk pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek, seperti tanaman pertanian. Agroforestri merupakan gabungan ilmu kehutanan dengan agronomi, yang memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan pedesaan untuk menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan pelestarian hutan.Agroforestri diharapkan bermanfaat selain untuk mencegah perluasan tanah terdegradasi, melestarikan sumberdaya hutan, meningkatkan mutu pertanian serta menyempurnakan intensifikasi dan diversifikasi silvikultur. Sistem ini telah dipraktekkan oleh petani di berbagai tempat di Indonesia selama berabad-abad  ,misalnya sistem ladang berpindah, kebun campuran di lahan sekitar rumah (pekarangan) dan padang penggembalaan (Michon dan de Foresta, 1995).
            Berdasarkan motivasi yang dimiliki petani, terdapat dua sistem terbentuknya agroforestri di lapangan yaitu sistem bercocok tanam "tradisional" dan sistem "modern". Sistem "tradisional" adalah sistem yang "dikembangkan dan diuji" sendiri oleh petani sesuai tujuan. Mengenal bentuk-bentuk agroforestri yang ada di Indonesia · Memahami evolusi dan proses-proses yang terjadi dalam sistem agroforestri · Mendapatkan gambaran tentang keuntungan, kendala, potensi dan peluang dari agroforestri bagi petani maupun pemerintah. · Pengembangan bercocok tanam biasanya hanya didasarkan pada usaha coba-coba (trial and error), tanpa penelitian formal maupun bimbingan dari penyuluh/petugas lapangan. Dalam sistem bercocok tanam "modern", gagasan dan teknologi berasal dari hasil-hasil penelitian.
            Salah satu sistem agroforesty tradisional yang terdapat di Bangka Belitung adalah kelakak. Kelekak adalah sebidang tanah yang ditanami secara sengaja atau tidak sengaja oleh orangtua zaman dahulu dengan beragam pohon penghasil buah (tumbuhan khas daerah), baik yang dimiliki secara pribadi (garis keturunan tertentu), maupun dimiliki secara bersama (milik orang banyak dalam satu kampung atau gabungan dari beberapa kampung). Kelekak memiliki nilai budaya yang tinggi di pulau bangka sehingga pengetahuan tentang kelekak ini seharusnya terus disampaikan dari generasi kegenerasi. Hal tersebutlah yang menjadikan latar belakang dilakukan pengamatan tentang kelekak yang ada di di salah satu desa di Bangka Belitung ini.

Tujuan
            Tujuan dilakukannya pengamatan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari  tentang isi yang terdapat dalam sistem perkebunan kelekak yang ada di Desa Pagarawan, Bangka Belitung.

Manfaat
            Manfaat dari pengamatan ini adalah mahasiswa dapat mengetahui dan mendapatkan data tentang sistem dan isi dari perkebunan kelekak yang ada di Desa Pagarawan.


BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
            Pengamatan ini dilaksanakan pada hari jumat tanggal 28 april 2017, bertempat di kebun kelekak masyarakat yang terdapat di Desa Pagarawan, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka Induk, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Alat dan Bahan
            Adapun Alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah kamera, dan alat tulis, sedangkan bahan yang digunakan adalah kebun kelekak milik masyarakat yang terdapat di Desa Pagarawan, Kabupaten Bangka Induk.

Cara Kerja
            Adapun cara kerja yang dilakukan dalam pengamatan ini pertama kali adalah menentukan dua lokasi kebun kelekak milik masyarakat Desa Pagarawan yang akan dilakukan pengamatan. Selanjutnya kebun kelekak yang telah ditetapkan sebagai lokasi pengamatan diamati tumbuh-tumbuhan yang terdapat di dalamnya kemudian dicatat dan di ambil foto. Selanjutnya data yang telah di dapatkan di buat dan diringkas dalam bentuk makalah.




HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Tabel 1 Jenis tumbuhan yang terdapat di kebun kelekak masyarakat Desa    Pagarawan,  Kabupaten Bangka Induk

No
Jenis Tumbuhan
Lokasi
Jumlah Individu
1.
Durian
A dan B
5 Batang
2.
Bambu
A dan B
2 rumpun
3.
Jambu Bandar
A dan B
3
4.
Gaharu
A dan B
10
5.
Kedondong
A dan B
5
6.
Kelapa
A dan B
3
7.
Nangka
A dan B
3
8.
Petai
A dan B
2
9.
Pisang
A
4
10.
Rambutan
A dan B
15
11.
Sawo
A dan B
6
12.
Cempedak
A dan B
2


Pembahasan
           
            Kelekak adalah sebidang tanah yang ditanami secara sengaja atau tidak sengaja oleh orangtua zaman dahulu dengan beragam pohon penghasil buah (tumbuhan khas daerah), baik yang dimiliki secara pribadi (garis keturunan tertentu), maupun dimiliki secara bersama (milik orang banyak dalam satu kampung atau gabungan dari beberapa kampung). Pemberian nama kelekak milik pribadi atau yang dimiliki oleh garis keturunan tertentu, biasanya selalu disertai dengan nama si pembuat/pemilik awal kelekak. Misalnya Kelekak Atok Umar, Kelekak Akek Raong, Kelekak Nek Binyit, dan lain-lain sebagainya. Sedangkan kelekak milik bersama (milik orang banyak dalam satu kampung atau gabungan dari beberapa kampung) ini sering disebut sesuai nama dimana wilayah kelekak itu berada.
            Kelekak terbentuk melalui proses yang tidak singkat. Membutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun agar lahan atau bidang tanah yang berisikan pohon penghasil buah itu baru layak disebut kelekak. Tak heran pula jika si pemilik atau pembuat kelekak tidak sempat menikmati hasil dari apa yang telah mereka tanam. Kelekak identik dengan pohon penghasil buah karena kelak, pohon yang ditanam itu dapat dinikmati (dipetik buahnya) oleh anak cucu mereka atau masyarakat umum di masa yang akan datang. Oleh sebab itu pula, kelekak sering dikonotasikan dengan sebutan - meminjam istilah yang dipopulerkan budayawan Suhaimi Sulaiman - yakni “kelak kek ikak” (suatu saat nanti bermanfaat atau dapat diambil manfaatnya oleh kamu-kamu generasi yang akan datang) .
            Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di dua kebun kelekak yang ada di Desa Pagarawan didapatkan hasil 12 jenis tanaman yang terdapat didalamnya yang merupakan tanaman pohon penghasil buah meskipun beberapa adalah tanaman pohon tidak menghasilkan buah seperti bambu dan gaharu. Diantara kebun kelekak pertama “kemudian disebut lokasi A” dan kelekak kedua “kemudian disebut lokasi B” yang diamati memiliki persamaan jenis tanaman penghasil buah yang hampir sama. Terjadi persamaan antara kedua lokasi ini dikarnakan memang hanya itu tanaman atau tumbuhan yang ditanam di kelekak pada umumnya kecuali pisang yang hanya ditemukan di kebun A.
Tanaman yang terdapat di kedua lokasi adalah durian, bambu,  jambu bandar, gaharu, kedondong, kelapa, nangka, petai, rambutan, sawo dan cempedak. Tradisi bertanam masyarakat Bangka zaman dahulu, para leluhur atau orang tua tempo dulu tidak saja bertanam untuk kepentingan sesaat. Melainkan bertanam untuk kepentingan generasi yang akan datang. Mereka tidak sekadar menanam, akan tetapi juga memberi 'tanda' bahwa ada sebagian lahan yang kelak dapat diperuntukkan atau dapat diolah kembali oleh anak keturunan mereka (menjadi lahan milik pribadi) dan ada pula lahan yang kelak peruntukkannya khusus masyarakat banyak (wakaf) dan tetap terjaga eksistensinya.
Buah-buahan yang dihasilkan di kelekak biasanya tidak diperjual belikan tetapi untuk di konsumsi oleh pemiliknya ataupun untuk umum (wakaf). Tapi sekarang hasil dari kelekak sudah banyak diperjual belikan dikarnakan tanaman buah yang ditanam memiliki harga jual yang tinggi sehingga si pemilik kelekak lebih memilih untuk menjualnya.
Tradisi bertanam atau sistem berkebun masyarakat Bangka mulai dari berume, dilanjutkan berkebun sahang dan diakhiri dengan menanam tanaman keras (karet atau pohon penghasil buah), juga menunjukkan kalau masyarakat Bangka zaman dahulu merupakan masyarakat petani yang memiliki kesalehan dalam menjaga keseimbangan lingkungan alam dan manusia (kosmis magis).
Perkembangan zaman membuat kelekak semakin sedikit, banyak kelekak yang dialih fungsikan menjadi perkebunan lada ataupun sayuran dan sejenisnya. Alih fungsi ini terjadi karna keterbatasan lahan yang dimiliki oleh masyarakat untuk berkebun sehingga membuat masyarakat merubah kelekak menjadi perkebunan semusim ataupun berumur pendek. Sehingga keberadaan kelekak di Bangka mengalami perkurangan dibandingkan dengan sistem perkebunan yang lainnya. Masyarakat Bangka sekarang sangat sedikit sekali yang masih menerapkan sistem kelekak, kebanyakan masyarakat sekarang lebih memilih sistem perkebunan buah-buahan yang seragam pada suatu lahan.





 KESIMPULAN
Kelekak adalah sebidang tanah yang ditanami secara sengaja atau tidak sengaja oleh orangtua zaman dahulu dengan beragam pohon penghasil buah (tumbuhan khas daerah) seperti buah durian, rambutan, nangka, jambu bandar, kedondong, kelapa, petai, sawo, cempedak, dan pisang,baik yang dimiliki secara pribadi (garis keturunan tertentu), maupun dimiliki secara bersama (milik orang banyak dalam satu kampung atau gabungan dari beberapa kampung).

  
DAFTAR PUSTAKA
Bangka Tribunnews. 2015. Kelekak Sebuah Kearifan Lokal Masyarakat Melayu Tempo Dulu. Bangka Tribunnews. 29 September 2015 http://bangka. tribunnews.com/2015/09/29/kelekak-sebuah-kearifan-lokal-masyarakat-melayu-tempo-dulu?page=3 [30 April 2017]
                             . 2015. Proses Terbentuknya Kelekak Dan Kelukoi. 29 September 2015 http://bangka.tribunnews.com/2015/09/29/proses-terbentuknya-kelekak-dan-kelukoi [30 April 2017]
World Agroforestry. 2017. SISTEM AGROFORESTRI DI INDONESIA. 2017 http://www.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/lecturenote/LN0034-04/LN0034-04-2.pdf [30 April 2017]

  

 LAMPIRAN






No comments:

Post a Comment