Sunday, January 17, 2016

RESPON MENGHINDAR BURUNG TERHADAP KEHADIRAN PREDATOR DI UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG




LAPORAN PENELITIAN


RESPON MENGHINDAR BURUNG TERHADAP KEHADIRAN PREDATOR DI UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG







FEBRI YANTI        2031311008
SLAMET SURADI 2031311030










  



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2015



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Predator adalah hewan yang memangsa hewan lainnya. Hal ini merupakan bentuk simbiosis dua individu, dengan salah satunya akan menyerang atau memakan individu lainnya. Mangsa sering mengandalkan adaptasi morfologi untuk menghindari predator. Selain itu hewan mangsa juga mengembangkan strategi tingkah laku seperti mengelompok dan bersuara untuk mengurangi resiko predasi (Caro 2005).
Tekanan predator yang dihadapi menyebabkan hewan mangsa mengembangkan tingkah laku anti predator, yaitu suatu bentuk kewaspadaan dari mangsa terhadap gangguan yang ditimbulkan oleh predator (Agrawal 2001). Burung mempertahankan diri dengan memberi peringatan berupa suara, atau dengan meningkatkan kewaspadaan. Biasanya predator tidak berburu sepanjang waktu, mereka  menghabiskan sebagian besar waktunya untuk beristirahat. Spesies mangsa biasanya akan berkumpul untuk mendekati dan memeriksa atau bahkan mengganggu predator yang sedang beristirahat (Pavey & Smyth 1998; Caro 2005). Tingkah laku ini tidak bebas dari risiko, karena mangsa dapat saja diserang oleh predator (Dugatkin & Godin 1992).
Salah satu tingkah laku anti predator yang dilakukan oleh burung adalah Mobbing. Mobbing merupakan tingkah laku dimana burung-burung mangsa akan mengusik, mengejar dan menyerang atau berusaha menggangu predator sehingga meninggalkan lokasi mangsa (May 2001). Mobbing secara luas dipahami sebagai strategi anti predator yang terjadi pada burung dan mamalia. Tingkah laku ini dapat memberikan kemampuan burung untuk menjaga sarang, keturunan, dan pelajaran kepada anaknya tentang potensi bahaya dari predator (Arnold 2000). Selain itu Mobbing juga dapat memberikan tanda bahaya kepada spesies  burung mangsa lainnya (Slogsvold 1984). Hal ini  dapat menarik spesies lain untuk terlibat dalam aktifitas Mobbing  (Hurd 1996).
Salah satu yang jadi predator pada burung adalah burung yang datang ditempat penelitian. Penelitian ini akan digunakan kayu dan bambu sebagai model predator. Otus lempiji (celepuk reban) merupakan burung yang termasuk kedalam famili Strigidae, berukuran kecil dengan tubuh berwarna coklat pirang berbintik hitam dan kuning tua, tubuh bagian bawah kuning tua, bercoretan hitam. Burung ini tersebar di Filiphina, Kalimantan, Sumatera, Bangka Belitung, Jawa, dan Bali. Celepuk yang cukup umum sampai ketinggian 1.600 mdpl. Burung ini lebih aktif pada sore hari, dengan kebiasaan pada malam hari burung ini hanya duduk pada tenggeran rendah mengeluarkan suara yang memilukan. Sewaktu-waktu berburu dari tenggeran dan menyambar mangsa yang ada di tanah (Mackinnon 2010).
Universitas Bangka Belitung merupakan Universitas yang terletak di Desa Balunijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka. Keanekaragaman burung di Kampus Universitas Bangka Belitung beragam, terutama di sekitar Auditorium Kampus terpadu Universitas Bangka Belitung. Keanekaragaman burung di Kampus Universitas Bangka Belitung belum pernah di teliti baik tingkah laku burung tersebut maupun respon menghindar terhadap kehadiran predator. Oleh karena itu dilakukannya penelitian tentang “Respon Menghindar Burung Terhadap Kehadiran Predator di Universitas Bangka Belitung
Masalah
          Universitas Bangka Belitung memiliki banyak lokasi habitat burung, seperti hutan-hutan yang terdapat disekitar Auditorium serta pemukiman perkebunan mahasiswa-mahasiswi Jurusan Pertanian Universitas Bangka Belitung. Tetapi saat sampai saat ini belum diketahui data dan informasi mengenai jenis-jenis burung di Kampus terpadu Universitas Bangka Belitung Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka.
Tujuan
1.      Mendapatkan informasi kelompok burung dan reaksinya untuk terbang menghindar dari predator
2.      Mengetahui informasi jenis burung yang berada di sekitar Auditorium Kampus terpadu Universitas Bangka Belitung.
Manfaat
Penelitian ini  diharapkan menjadi data dan informasi tentang jenis burung yang berada di sekitar Auditorium Kampus terpadu Universitas Bangka Belitung serta menjadi referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya.


TINJAUAN PUSTAKA
Predator mengembangkan mekanisme untuk meningkatkan efisiensinya untuk menemukan dan menangkap mangsa. Prey itu sendiri mengalami tekanan selektif yang kuat untuk mengurangi peluang dapat termakan. Sifat-sifat dasar untuk suksesnya pelarian prey tersebut yaitu kecepatan yang lebih besar dibandingkan predator.
Predasi hanyalah satu dari beberapa kematian yang berpengaruh pada populasi prey dibawah kondisi alami. Beberapa akan tergantung pada kondisi fisik ligkungan, sedangkan yang lainnya misalnya dapat bergantung pada kompetisi dan interaksi biologis lainnya. Predasi dan kemampuan mengindar (akselerasi) dari predasi berpengaruh kuat terhadap perilaku hampir semua hewan. Aktivitas dan perilaku dari predator termasuk menangkap mangsa yang lalu lalang dengan menggunakan berbagai teknik, bergantung pada spesies yang terkait seperti pengejaran, penyerangan, menjebak, dan berbagai trik-trik lainnya yang digunakan demi mendapatkan prey sebagai mangsanya.
Kemungkinan prey dapat lolos dari predator merupakan teknik khusus yang nampaknya mempunyai konsekuensi ekologis. Teknik yang dipergunakan oleh prey untuk lari dari predator sangat tergantung pada jenis prilaku predator yang ada dalam interaksi itu. Terdapat empat metode pokok mengenai larinya prey:
1.    Lari berdasarkan jumlah atau waktu populasi prey mengurangi tekanan predator sehingga densitas predator tidak mungkin memberikan respon terhadap adanya prey yang secara periodik meninggi. Adaptasi yang dilakukan predator meliputi soal waktu yaitu peningkatan populasi predator seiring dengan peningkatan populasi prey. Populasi prey dapat melarikan diri dalam waktu, dengan cara bereproduksi cepat untuk mempertahankan populasi predator agar tidak menakan pertambahan prey tersebut. Prey berkembang biak lebih cepat dari predator khususnya pada saat musim pertumbuhan populasi keduanya terhambat.
Bila diasumsikan bahwa predator umumnya akan menyerang individu yang terdekat sehingga yang tertangkap adalah individu pada kelompok perifer, jadi lebih menguntungkan bagi individu yang berada pada posisi sentral. Anggota-anggota kelompok yang lain dapat pula memberi peringatan pada temannya tentang adanya ancaman dari predator. Tanda peringatan itu umumnya tidaklah memberi informasi tentang lokasi atau identitas predator, tetapi hanyalah suatu peringatan tentang adanya predator. Bergerombol juga memungkinkan adanya keuntungan, yaitu yang disebut dengan efek konfusi (eibl-eibesfeldt 1970), yaitu prey melakukan banyak pergerakan untuk mengacaukan konsentrasi predator, jadi mengurangi peluang keberhasilan penangkapan.
  1. Lari dalam Ruang Pelarian prey dalam ruang menyangkut baik evolusi    mekanisme dispersal jangka panjang, lebih efisien dari predator dan kemampuan jangka pendek untuk lari dan bersembunyi menurunkan resiko predasi untuk sekurang-kurangnya suatu bagian dari populasi prey. Pelarian dalam ruang dimungkinkan apabila bagian dari habitat tidak secara efektif dieksploitasi oleh populasi predator.
  2. Lari oleh ukuran terdapat hubungan antara ukuran predator dengan ukuran rata-rata dan ukuran ekstrim dari prey yang dimangsa. Batas ukuran untuk predasi berhubungan dengan imbang-imbangan antara peluang untuk menangkap, potensi untuk melukai atau mematikan dari predator dan waktu yang relatif panjang untuk menangani prey. Prey juga memiliki waktu untuk siap ditangkap.
  3. Lari dengan mekanisme pertahanan lain mekanisme lari dalam hal ini diantaranya meliputi mimikri, kamuflase dan kolorasi disruptif, pertahanan kimiawi dan banyak mekanisme lainnya, seperti kecepatan yang memungkinkan individu prey menghindar dari predator. Selain mekanisme diatas juga dikenal beberapa taktik lainnya. Perbedaan perkembangan taktik predator dalam mendapatkan prey sesuai atau mungkin dapat melampaui dari perbedaan taktik bertahan dan kebiasaan prey tersebut. Secara umum taktik anti predator dari prey dapat digambarkan sebagai berikut: Melarikan diri dengan berlari, berenang, atau terbang menjauh dari predator cara ini merupakan salah satu taktik dasar dan sangat umum digunakan oleh prey. Tidak diragukan lagi bahwa setiap hewan memiliki ketangkasan dan kegesitan tersendiri. Pada beberapa spesies, prey yang benar-benar diincar mungkin akan pergi jauh atau akan memutar balik arah tujuan atau melompat atau mungkin pula terbang ke tempat lain, seperti menyelam ke dasar air atau memanjat pohon.
Banyak jenis dari prey mempunyai sistem sensor akut dan dapat mendeteksi pemangsa sebelum mereka datang terlalu dekat dan membahayakan.
Menggunakan pergerakan yang tidak dapat diduga tindakan ini biasanya disebut protean. Pelarian binatang mungkin dilakukan dengan cara zig-zag, melompat, mengganti arah terbang dan perpindahan lainnya dengan gaya yang sulit ditebak. Hal ini akan menyulitkan predator dalam mengikuti prey. Menggunakan kulit keras banyak jenis mangsa yang memiliki kulit atau tempurung yang keras dan kuat yang akan melapisi dari luar untuk melindungi mereka dari serangan. Menggunakan duri contohnya pada hewan landak, landak laut, bintang laut dan sebagainya.
menggunakan serangan bertahan menyerang balik banyak jenis prey yang dapat menjadi sangat agresif. Kebanyakan dari serangga dan banyak rodentia dapat menyebabkan gigitan serius yang dapat melumpuhkan penyerang mereka. Mangsa yang sama besar atau lebih besar dari predatornya mempunyai kekuatan yang sama atau mungkin lebih besar sehingga pada beberapa kasus mereka dapat menyerang balik. Membalas dengan serangan mendadak atau gigitan beracun menggunakan racun yang didapat dari hewan lain: Misalanya pada Molusca yang memakan Coelenterata dan kemudian menggunakan racun yang diperoleh dari Coelenterata untuk melindungi dirinya dari predator.
Predator penyerang dengan suara yang mengejutkan, desisan, dan sebagainya. Beberapa ada yang merubah bentuk, ukuran tubuh ataupun melepaskan bagian tubuh mereka. Respon awal tersebut disebut Protean. Menggunakan pertahanan kimia, contohnya pada sigung. Kamuflase menggunakan mekanisme ganti kulit menggunakan bahan kamu flase lainnya yang dapat menipu pemangsanya menciptakan kebingungan pemangsa. Ada beberapa jenis prey yang menahan serangan dengan membuat bingung predatornya. Misalnya : Gurita yang mengeluarkan tinta hitam untuk melarikan diri agar tidak terlihat oleh predatornya. Bersembunyi atau mencari tempat perlindungan Mencari perlindungan dengan cara hidup berkelompok satu diantara banyaknya kebiasaan nilai pertahanan yang dimiliki hewan adalah melalui berkelompok dengan individu lainnya. Bila ada yang tertangkap maka ada kemungkinan bahwa yang tertangkap itu bukan dirinya, sehingga memungkinkan dirinya untuk kabur menyelamatkan diri. Hal ini dikenal sebagai prinsip you first.
 


BAHAN DAN METODE
Waktu Dan Tempat
Praktikum mengenai “Respon Menghindar Burung Terhadap Kehadiran Predator di Universitas Bangka Belitung” dilakukan pada hari kamis 10 November 2015, pada pukul 06.00-07.00 dan dilanjutkan lagi 16.00-17.00 WIB, bertempat di hutan sekitar Audiotorium Kampus terpadu Universitas Bangka Belitung.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, camera, GPS, meteran, dan thermometer. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah predator (bambu dan kayu).
Cara kerja
Pengamatan dilakukan terhadap semua burung yang berada di hutan, pengamatan pada burung dilakukan oleh dua orang. Salah satu orang memegang dua buah tongkat dan yang lainnya memegang tali meteran dan alat pencacah (tally Counter).
Mekanisme kerja untuk setiap kali pengamatan (setelah menjumpai burung di lapangan) adalah sebagai berikut: salah seorang menghitung burung yang akan diamati seorang yang lainya dengan memegang kedua tongkat berjalan mendekati burung atau kelompok dengan memusatkan pandangan terhadap salah satu induvidu burung yang menjadi pusat kelompok (bila berkelompok), yaitu burung-burung yang terdekat dengan predator (pengamat), kemudian melemparkan salah satu tongkat pada saat burung menjadi pusat perhatian pengamatan terbang untuk menghindari pengamat, tongkat kedua pada titik dimana individu burung yang diamati terbang menghidar predator, kemudian mengukur jarak antara tongkat yang pertama dengan yang kedua. Hasil pengamatan dicatat dalam tabel pengamatan dan pengamatan faktor-faktor lingkungan diukur pada setiap jam percobaan.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
          Hasil pengamatan jumlah dan jenis burung yang ditemukan di belakang Auditorium dan depan Auditorium Kampus terpadu Universitas Bangka Belitung    (Tabel 1).
Tabel 1. Hasil pengamatan respon menghindar pada burung terhadap kehadiran predator
Waktu pengamatan
Lokasi pengamatan
Jenis burung
Jarak mangsa dan predator
Faktor lingkungan
Pagi hari
Depan Auditorium
-
Bambu: 8 m
Kayu: 9,5 m
29°C

Belakang Auditorium
     1 pipit
Bambu: 14 m
Kayu: 14,2 m
29°C
Sore hari
Depan Auditorium
     11 mencuit
Bambu: 6,6 m
Kayu: 7,5 m
30°C

Belakang Auditorium
3    mencuit
1      pipit
Bambu: 8,3 m
Kayu: 9 m
31°C

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada waktu  pengamatan pagi hari di belakang Auditorium Univesitas Bangka Belitung ditemukan 1 pipit dan di depan Auditorium tidak ditemukan burung. Hal ini diduga kemungkinan mangsa dapat lolos dari predator merupakan teknik khusus yang nampaknya mempunyai konsekuensi ekologis. Menurut Peterson (1980), teknik yang dipergunakan oleh mangsa untuk lari dari predator sangat tergantung pada jenis prilaku predator yang ada dalam interaksi tersebut.
Menurut Arianto (2007), salah satu tingkah laku anti predator yang dilakukan adalah mobbing. Mobbing merupakan tingkah laku dimana burung-burung mangsa akan mengusik, mengejar dan menyerang atau berusaha mengganggu predator sehingga meninggalkan lokasi mangsa. Mobbing dapat memberikan kemampuan burung untuk menjaga sarang, keturunan dan pelajaran kepada anaknya tentang potensi bahaya dari predator, selain itu mobbing juga dapat memberikan tanda bahaya kepada spesies burung mangsa lainnya (Afrianto 2007).
Pada pengamatan sore hari dilokasi depan Auditorium terdapat 11 burung mencuit (lampiran 5) dan di belakang Auditorium ditemukan 3 mencuit dan 1 pipit. jarak lemparan predator 1 (kayu) dan predator 2 (bambu) adalah 50 cm (lampiran 4)  pada lokasi depan Auditorium, dimana burung mencuit tersebut dalam keadaan mengelompok. Hal ini terjadi kerena burung merespon ketika praktikum mendekati pada jarak tertentu, burung merasa terancam. Menurut Bibby (2000), burung akan terbang menjauh apabila predator (dalam hal ini manusia) memasuki jarak yang menurut burung membahayakan. Burung mempertahankan diri dengan memberi peringatan berupa suara atau dengan meningkatkan kewaspadaannya, misalnya pada burung yang akan memberikan peringatan dengan mengeluarkan suara atau dengan menggerakan kepalanya kekanan dan kekiri. Perilaku tersebut dinamakan anti-predator yaitu suatu bentuk kewaspadaan terhadap gangguan yang ditimbulkan dari luar (predator) (wolf 1990).
Menurut Afrianto (2007), ada beberapa faktor yang mendorong migrasi hewan, terutama burung yaitu:
Faktor Eksternal
1.    Angin
Pada ketinggian dimana burung terbang, kecepatan angin bisa mencapai 20 mil/jam. Angin pertama bisa saja mendorong burung untuk terbang maju atau malah sebaliknya menghempaskannya ke belakang, padahal angin kedua (susulan) dapat dengan mudah mengandalkan kecepatan tersebut. Angin kencang dapat mencegah burung kecil untuk migrasi.
2.    Temperatur
Pada musim semi, burung-burung daerah utama lebih memilih suhu yang hangat dan angin selatan yang dicirikan oleh adanya sistem tekanan tinggi dibelahan selatan, dimusim gugur, mereka lebih menyukai suhu rendah dan angin utara yang terjadi mengikuti jalur dingin didepan.
3.    Curah hujan
Air merupakan kebutuhan penting bagi keberlangsungan hidup flora dan fauna. Bagi lingkungan kehidupan darat, sumber air untuk memenuhi kebutuhan organisme terutama berasal dari hujan atau bentuk presipatasi lainnya.


4.    Kelembapan udara
Kelembapan udara merupakan menunjukan banyaknya uap air yang terkandung dalam udara. Zat hara penting akan diserap oleh akar tumbuhan dengan bantuan air. Air juga sangat berperan dalam reaksi pembentukan bahan organik bagi tumbuhan. Begitu pula bagi manusia dan hewan, air merupakan kebutuhan yang sangat penting.
Faktor Internal
Aktivasi kelenjer endokrin
Burung mulai bermigrasi pada waktu yang sama setiap tahun. Keberangkatan burung untuk bermigrasi tampaknya ditentukan oleh pengaruh interakssi kompleks dari berbagai rangsangan luar (termasuk cuaca) dan penggalan biologis yang memungkinkan burung mengetahui perubahan musim.
Pertambahan populasi
a.    Kompetisi dalam mendapatkan makanan dan air
Penyebab migrasi yang lain erat kaitannya dengan penambahan populasi baru. Ledakan populasi akibat menetasnya anak burung menyebabkan tuntunan makanan dalam jumlah besar secara tiba-tiba, tetapi hal ini bersifat sementara. Keadaan ini menyebabkan burung terbang kedaerah musim semi untuk memenuhi kebutuhan makanan.
b.    Kompetisi dalam mendapatkan ruang tinggal
Pertambahan populasi juga menyebabkan dampak yang bersifat permanenan, seperti perubahan ruang tinggal atau daerah kekuasaan. Hal ini juga akaan semakin potensial terjadi jika pada daerah itu terdapat banyak spesies yang saling berkompetisi.


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui jumlah burung pada sore hari lebih banyak dari pada pagi hari, hal ini disebabkan burung merespon ketika praktikan mendekati pada jarak tertentu, burung merasa tidak nyaman. Burung akan menjauh apabila predator memasuki jarak yang menurut burung membahayakan burung serta mendapat informasi kelompok burung, reaksi menghindar predator dan informasi jenis burung yang berada disekitar  Auditorium Kampus terpadu Universitas Bangka Belitung.



DAFTAR PUSTAKA
Agrawal ,A. A. 2001. Ecology - Phenotypic Plasticity in the Interactions and Evolution of  Species. Science, 294: 321-326.
Arnold, K. E. 2000. Group Mobbing Behaviour and Nest Defence in a Cooperatively
Breeding Australian Bird. Ethology, 106: 385-393.
 Afrianto E. 2007. Anti Predator pada Passer Montanus. Indonesia: Universitas Panjajaran.
          Bibby C. 2000. Teknik Ekspedisi Laporan Survey Burung. Bogor Indonesia Bird International Indonesia Programme.
Caro ,T. M. 2005. Antipredator Defenses in Birds and Mammals.University of Chicago Press, Chicago, IL.Cresswell W, 2008, Non-lethal effects of  predation in birds.Ibis, 150: 3-17.
Dugatkin, L.A. 1997. Cooperation among Animals: An Evolutionary Perspective. Oxford University Press.
Peterson. 1980. Burung Pustaka Alam “Life”. Jakarta: Tira Pustaka.
Wolf C. 1990. Ekologi Umum Jilid 2. Yogyakarta : UGM Press.