Tuesday, March 31, 2015

proposal studi lapang / vegetasi hutan.blogspot


 PROPOSAL STUDI LAPANG (BIO 210)

ANALISIS  STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI                                             
 HUTAN  MAMBANG  DESA DALIL, KECAMATAN BAKAM, BANGKA

Disusun Oleh :

Kelompok 6
   Reni Gustria          (2031311023)
   Rosyanti                 (2031311026)
   Slamet Suradi        (2031311030)







JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2015



PENDAHULUAN
                                    
Latar Belakang
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari 2 pulau utama, yaitu pulau Bangka dan pulau Belitung. Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki hutan hujan tropis. Jumlah luas hutan yang ada di Bangka Belitung sebelum SK Menhut NO. 357 adalah 665.583,00 hektar dan jumlah hutan yang ada di Bangka Belitung setelah SK Menhut No. 357 adalah 657.570,00 hektar. Terdapat pengurangan jumlah luas hutan yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung seluas 8.073,00 hektar. Daerah – daerah di Bangka Belitung tentunya mempunyai luas hutan yang berbeda beda termasuk hutan Mambang yang ada di Dalil kecamatan Bakam kabupaten Bangka dan wilayah hutan ini menyimpan banyak keanekaragaman jenis yang cukup besar.
Keadaan alam di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar berupa dataran rendah, lembah dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan. Pulau Bangka mempunyai luas sekitar 12.700 km2 dengan curah hujan merata sepanjang tahun. Hutan alami di pulau Bangka telah banyak beralih fungsi untuk berbagai kegiatan pemanfaatan lahan seperti : pemukiman, perkebunan, perladangan, pertambangan (Anonim 1991 dalam Tarmie 2005). Ketinggian dataran rendah rata- rata sekitar 50 meter diatas permukaan laut dan ketinggian didaerah pegunungan antara lain untuk bukit Maras mencapai 699 m dpl dikecamatan Riau Silip (Pulau Bangka), Bukit Tajam kurang lebih 500 m dpl di Pulau Belitung (Anonim a 2009).
Sebelum terjadinya penurunan luas hutan secara drastis seperti contoh yang digambarkan diatas diperlukan inventarisasi terhadap hutan tersebut yang dapat dilakukan dengan cara analisa vegetasi. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari komposisi jenis dan struktur masyarakat tumbuh- tumbuhan yang dapat digunakan  untuk mempelajari tegakan hutan yaitu pohon dan permudaannya serta mempelajari tegakan tumbuhan bawah. Analisa vegetasi baik dengan kurva spesies area (KSA) dan metode kuadrat. Cara diatas dipergunakan untuk untuk mengetahuai komposisi dan struktur vegetasi yang ada pada suatu hutan. Data komposisi jenis dan struktur hutan tersebut berguna untuk mengetahui kondisi keseimbangan komonitas hutan (Meyer 1952) menjelaskan interaksi didalam dan antar jenis (Odum 1971; Ludwig & Reynolds 1988), dan memprediksi kecenderungan komposisi tegakan dimasa mendatang (Whittaker 1974). Oleh karena itu, penelitian untuk mengungkap komposisi jenis dan struktur vegetasi hutan Mampang Dalil kecamatan Bakam kabupaten Bangka ini menjadi penting dilakukan. Tumbuhan bawah merupakan suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan, kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput atau vegetasi semak belukar. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan vegetasi yang ada antara lain ketinggian tempat dan iklim. Ketinggian tempat berpengaruh terhadap kondisi iklim, baik dari segi suhu, kelembaban udara maupun curah hujan, oleh sebab itu penelitian ini penting untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan dihutan Mambang desa Dalil, Kecamatan Bakam. Sebab hutan Mambang belum pernah dilaporkan sebelumnya. Oleh karena itu  penelitian dilakukan dihutan tersebut.  Penelitian ini untuk menyatakan komposisi jenis dan  struktur vegetasi hutan, dihutan tersebut.
Tujuan
Untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi hutan  Mampang  Desa Dalil, Kecamatan Bakam, Kabupaten Bangka
Manfaat
          Sebagai data awal untuk dijadikan hutan mambang sebagai hutan lindung
                                                                                                    





TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Vegetasi
          Analisis Vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) masyarakat tumbuh-tumbuhan. Gambaran tentang keadaan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dimaksud dapat diketahui melalui analisis ekologi tumbuh - tumbuhan atau vegetasi yang mempelajari perkembangan mengenai komposisi (susunan jenis) dan struktur (bentuk) masyarakat tumbuh-tumbuhan yang menyusun formasi hutan. Komposisi dan struktur suatu vegetasi merupakan fungsi dari beberapa faktor, seperti flora setempat, habitat (iklim, tanah dan lain lain), waktu dan kesempatan (Marsono 1977 dalam Anonim 2009).
Struktur vegetasi terdiri dari individu – individu yang membentuk tegakan didalam suatu ruang. Komunitas tumbuhan terdiri dari sekelompok tumbuhan yang masing-masing individu mempertahankan sifatnya (Danseral-Dombois 1974).
Vegetasi tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :
1.        Belukar : tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagimenjadi banyak sub tangkai.
2.        Epifit : tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain ( biasanya pokon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit
3.        Paku-pakuan : tumbuhan tapa buga atau tangkai , biasanya memilik rizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rizoma tersebut keluar tangkai daun.
4.        Palma : tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama .
5.        Pemanjat : tumbuhan sepeerti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun meramabat atau memnajatuntuk penyokongnya seperti kau atau belukar
6.        Terna : tumbuhan yang merambat ditanah namun tidak menyerupai rumput
7.        Pohon : tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangakai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.

Masyarakat hutan dibagi menurut tingkat yaitu bentuk pohon, bentuk tiang, bentuk pancang, dan bentuk tumbuhan bawah (seedling dan rerumputan). Bentuk pohon yaitu pohon yang telah berdiameter lebih sama dengan 20 cm.Bentuk tiang yaitu pohon muda berdimeter 10 cm sampai kurang dari 20 cm. Bentuk pancang yaitu permudaan dengan tinggi 1,5 m – anakan berdiameter kurang dari 10 cm, sedangkan semai (bentuk tumbuhan bawah) yaitu permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1,5 m. Pembagian ini dimaksud untuk memudahkan dalam pengenalan dan penentuan petak ukur contoh yang digunakan dilapangan. Kemudian contoh dan data yang diperoleh tergantung pada pengambilan contoh karena perubahan yang terjadi dalam kehidupan memerlukan pendekatan melalui penyelidikan (Muller dan Ekkenberg 1974).
Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu area dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan area lain atau area yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu area; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith 1983 dalam Anonim2009).
Hutan
Hutan merupakan suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, yang terletak pada suatu kawasan dan membentuk suatu ekosistem yang berada dalam keadaan keseimbangan dinamis. Dengan demikian berarti berkaitan dengan proses-proses yang berhubungan yaitu:
1.        Hidrologis, artinya hutan merupakan gudang penyimpanan air dan tempat menyerapnya air hujan maupun embun. Hutan juga berperan untuk melindungi tanah dari erosi dan daur unsur haranya.
2.        Iklim, artinya komponen ekosistem alam yang terdiri dari unsur-unsur hujan (air), sinar matahari (suhu),angin dan kelembapan yang sangat mempengaruhi kehidupan yang ada dipermukaan bumi, terutama iklim makro maupun mikro.
3.        Kesuburan tanah, artinya tanah hutan merupakan pembentuk humus utama dan penyimpan unsur-unsur mineral bagi tumbuhan lain.
4.        Keanekaragaman genetik, artinya hutan memilki kekayaan dari berbagai jenis flora dan fauna.
5.        Sumber daya alam, artinya hutan mampu memberikan sumbangan hasil alam yang cukup besar bagi devisa negara, terutama di bidang industri.
6.        Wilayah wisata alam, artinya hutan mampu berfungsi sebagai sumber inspirasi, nilai estetika, etika dan sebagainya.
Pohon tidak dapat dipisahkan dari hutan, karena pepohonan adalah vegetasi utama penyusun hutan tersebut. Selama pertumbuhannya pohon melewati berbagai tingkat kehidupan sehubungan dengan ukuran tinggi dan diameternya. Menurut undang undang nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi jenis pepohonan dalam persekutuan dengan lingkungannya, yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan (Anonim 2009).
          Suatu kondisi hutan yang luas diperlukan kegiatan analisis vegetasi yang erat kaitannya dengan sampling. Samping dilakukan dengan menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam sampling yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisis vegetasi yang digunakan (Indriyanto 2006).
          Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisis vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik kurva spesies area (KSA). Kurva species area ini diperlukan untuk dapat menetapkan :
·           Luas atau besar minimum suatu petak yang dapat mewakili luas tegakan;
·           Jumlah minimal petak-petak sampling kecil yang diperlukan agar hasilnya mewakili keadaan tegakan.
Ada dua cara peletakan petak contoh, yaitu cara acak (random sampling) dan cara sistematik (systematic sampling), random sampling hanya mungkin digunakan jika vegetasi homogen, misalnya hutan tanaman atau hutan rumput (artinya, kita bebas menempatkan petak contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis berbeda tiap petak contoh relatif kecil). Selanjutnya, penelitian dianjurkan untuk menggunakan sistematic sampling, karena lebih mudah dalam pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat representative dan dapat juga menggunakan purposive sampling dalam keadaan tertentu (Irwan 2003).
Hutan Dalil berada di desa Dalil Kecamatan Bakam Kabupaten Bangka. Kecamatan Bakam mempunyai luas wilayah sebesar 593,52 km2, yang terdiri dari 9 desa. Dimana desa Bakam sendiri memiliki luas 24,57 km2.









 BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Survei lapangan dilaksanakan pada hari jumat tanggal 13 Februari 2015. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 23, 24 dan 25 Februari 2015 di Hutan Mambang Desa Dalil, Kecamatan Bakam, Kabupaten Bangka.
Alat dan Bahan
          Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, kamera digital, kertas label, Koran, meteran, patok kayu,  plastik transparan 60 cm x 40 cm dan tali raffia. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah  alcohol 70 % dan kawasan hutan Mambang Desa Dalil.
Metode
          Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode kuadrat ( Kurva Spesies Area). Kurva spesies area ( KSA) merupakan langkah awal yang dilakukan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh.
1.    Pembuatan KSA
          Kurva spesies area dibuat dengan memilih lokasi yang memenuhi syarat yaitu harus adanya semai, pancang, tiang dan pohon. Sub plot 1x1, 1x2 , 2x2, 2x 4, 4x4, 4x8, 8x8, 8x16, 16x16, 16x32, 32x32 dibuat  dan  pada setiap sub plot KSA dilakukan pendaftaran jenis-jenis tanaman dari mulai dari petak kecil. Pendaftaran terus dilakukan hingga penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10%. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut . Semakin tinggi keanekaragaman jenis  maka semakin luas petak contoh yang digunkan. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi. Hasil luas minimum akan dijadikan patokan dalam analisi vegetasi.
2.    Pengambilan Spesimen
Metode yang dilakukan dengan membuat plot dengan ukuran 20x20m sebanyak 3 lokasi. Setiap plot dibuat subplot 2x2 m2 untuk semai dan atau tumbuhan bawah, 5x5 m2  untuk pancang 10x10 m2  untuk tiang dan 20x20 m2 untuk pohon . Pengambilan spesimen dilakukan dengan mendata nama jenis, jumlah jenis, jumlah individu dan keliling masing - masing jenis tiang dan pohon.
3. Pengawetan spesimen
          Pengawetan dilakukan dengan menggunakan alcohol 70%. Alkohol disemprotkan ke specimen, lalu specimen diberi label dan dibungkus dengan Koran. Spesimen yang telah dibungkus dengan koran dimasukan ke dalam plastik bening.
4. Identifikasi
          Proses identifikasi dilakukan dengan mendeskripsikan semua jenis tumbuhan yang belum diketahui nama botaninya. Deskripsi dapat dimulai dari habitat, perawakan, akar, batang daun dan ciri khusus yang dimilikinya.
5. Analisis data 
          Hasil data pengukuran  lapangan dianallisis untuk mengetahui kondisi kawasan yang diukur secara kuantitatif. Beberapa rumus  yang digunakan untuk menghitung analisi vegetasi antara lain:
1. Indeks Nilai Penting (INP)          
frekuensi Kerapatan Mutlak (i) =
Kerapatan Relatif (i) =
Frekuensi Mutlak (i) =
Frekuensi Relatif (i) =
Dominansi Mutlak =
Dominansi Relatif =


2. Indeks Dominansi
                       
Keterangan :
C = Indeks dominansi
Pi = ni/N
S = Jumlah spesies

3. Indeks Simpson’s
           
Keterangan :
D         : Indeks simpson’s
Pi         : Kelimpahan relative dari spesies ke-1
Pi2       : (Ni / Nt)2
Ni        : Jumlah individu spesie ke-1
Nt        : Jumlah total untuk semua jenis individu
relatif (FR) dan dominansi relatif (DR). Stadium semai atau vegetasi bawah dan stadium sapihan atau pancang (INP = KR + FR) serta stadium tiang dan pohon (INP = KR + FR + DR) (Frilano dkk 2010).


DAFTAR PUSTAKA

Anonima.2009. Proposal.Http//www.geocities.com/irwantoshut/proposal_s2.html. (6 februari 2015).
Arifin A. 2002. Hutan dan Kehutanan. Jogyakarta. Penerbit Kanisius.
Frilano D et al . 2010. Laporan Study Lapang Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan di Tanung Besar, Kecamatan Tukak Sadai Kabupaten Bangka Selatan. Bangka : Universitas Bangka Belitung.
Greig-Smith, P. 1983.Quantitative and Dynamic Plant Ecology. Second Edition, Butterworts. London.

Irwan ZD. 2003. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komunitas & Lingkungan. Jakarta. Bumi Aksara.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta. Bumi Aksara.
Indriyanto, I. 2010. Ekologi Hutan. Bandar Lampung. Penerbit Bumi Aksara.
Muller D and JH Ellenberg.1974. Aims and Methods of vegetation Ecology. By John Wiley and sons. New York. P.45.
Odum, E . P. 1972. Fundamentals of Ecology. W. B. Saunder Company Philadelphia. London Toronto.

Whittaker, R. H. 1975. Communities and Ecosystem . Mac millan Publishing Co. Inc. New York.Collier-Mac millan Publishing Limited Dublin.




No comments:

Post a Comment