PROPOSAL STUDI LAPANG (BIO 210)
ANALISIS
STRUKTUR DAN
KOMPOSISI VEGETASI
HUTAN MAMBANG DESA DALIL, KECAMATAN BAKAM,
BANGKA
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Reni Gustria (2031311023)
Rosyanti (2031311026)
Slamet Suradi (2031311030)
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS
BANGKA BELITUNG
2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari
2 pulau utama, yaitu pulau Bangka dan pulau Belitung. Kepulauan Bangka Belitung
merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki hutan hujan tropis.
Jumlah luas hutan yang ada di Bangka Belitung sebelum SK Menhut NO. 357 adalah
665.583,00 hektar dan jumlah hutan yang ada di Bangka Belitung setelah SK
Menhut No. 357 adalah 657.570,00 hektar. Terdapat pengurangan jumlah luas hutan
yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung seluas 8.073,00 hektar. Daerah –
daerah di Bangka Belitung tentunya mempunyai luas hutan yang berbeda beda
termasuk hutan Mambang yang ada di Dalil kecamatan Bakam kabupaten Bangka dan
wilayah hutan ini menyimpan banyak keanekaragaman jenis yang cukup besar.
Keadaan
alam di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar berupa dataran rendah,
lembah dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan. Pulau Bangka mempunyai
luas sekitar 12.700 km2 dengan curah hujan merata sepanjang tahun.
Hutan alami di pulau Bangka telah banyak beralih fungsi untuk berbagai kegiatan
pemanfaatan lahan seperti : pemukiman, perkebunan, perladangan, pertambangan
(Anonim 1991 dalam Tarmie 2005). Ketinggian dataran rendah rata- rata sekitar
50 meter diatas permukaan laut dan ketinggian didaerah pegunungan antara lain
untuk bukit Maras mencapai 699 m dpl dikecamatan Riau Silip (Pulau Bangka),
Bukit Tajam kurang lebih 500 m dpl di Pulau Belitung (Anonim a 2009).
Sebelum terjadinya penurunan luas hutan
secara drastis seperti contoh yang digambarkan diatas diperlukan inventarisasi
terhadap hutan tersebut yang dapat dilakukan dengan cara analisa vegetasi.
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari komposisi jenis dan struktur
masyarakat tumbuh- tumbuhan yang dapat digunakan untuk mempelajari tegakan hutan yaitu pohon
dan permudaannya serta mempelajari tegakan tumbuhan bawah. Analisa vegetasi
baik dengan kurva spesies area (KSA) dan metode kuadrat. Cara diatas
dipergunakan untuk untuk mengetahuai komposisi dan struktur vegetasi yang ada
pada suatu hutan. Data komposisi jenis dan struktur hutan tersebut berguna
untuk mengetahui kondisi keseimbangan komonitas hutan (Meyer 1952) menjelaskan
interaksi didalam dan antar jenis (Odum 1971; Ludwig & Reynolds 1988), dan
memprediksi kecenderungan komposisi tegakan dimasa mendatang (Whittaker 1974).
Oleh karena itu, penelitian untuk mengungkap komposisi jenis dan struktur
vegetasi hutan Mampang Dalil kecamatan Bakam kabupaten Bangka ini menjadi
penting dilakukan. Tumbuhan bawah merupakan suatu jenis vegetasi dasar yang
terdapat dibawah tegakan hutan, kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput
atau vegetasi semak belukar. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan vegetasi yang
ada antara lain ketinggian tempat dan iklim. Ketinggian tempat berpengaruh
terhadap kondisi iklim, baik dari segi suhu, kelembaban udara maupun curah
hujan, oleh sebab itu penelitian ini penting untuk dilakukan. Penelitian ini
dilakukan dihutan Mambang desa Dalil, Kecamatan Bakam. Sebab hutan Mambang
belum pernah dilaporkan sebelumnya. Oleh karena itu penelitian dilakukan dihutan tersebut. Penelitian ini untuk menyatakan komposisi
jenis dan struktur vegetasi hutan,
dihutan tersebut.
Tujuan
Untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi
hutan Mampang Desa
Dalil,
Kecamatan Bakam, Kabupaten
Bangka
Manfaat
Sebagai data
awal untuk dijadikan hutan mambang sebagai hutan lindung
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Vegetasi
Analisis Vegetasi adalah cara mempelajari susunan
(komposisi jenis) dan bentuk (struktur) masyarakat tumbuh-tumbuhan. Gambaran
tentang keadaan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dimaksud dapat diketahui
melalui analisis ekologi tumbuh - tumbuhan atau vegetasi yang mempelajari
perkembangan mengenai komposisi (susunan jenis) dan struktur (bentuk)
masyarakat tumbuh-tumbuhan yang menyusun formasi hutan. Komposisi dan struktur
suatu vegetasi merupakan fungsi dari beberapa faktor, seperti flora setempat,
habitat (iklim, tanah dan lain lain), waktu dan kesempatan (Marsono 1977 dalam
Anonim 2009).
Struktur vegetasi
terdiri dari individu – individu yang membentuk tegakan didalam suatu ruang.
Komunitas tumbuhan terdiri dari sekelompok tumbuhan yang masing-masing individu
mempertahankan sifatnya (Danseral-Dombois 1974).
Vegetasi tidak bisa
terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah
yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun
suatu vegetasi umumnya terdiri dari :
1.
Belukar : tumbuhan yang memiliki kayu
yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagimenjadi banyak sub tangkai.
2.
Epifit : tumbuhan yang hidup dipermukaan
tumbuhan lain ( biasanya pokon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit
atau hemi-parasit
3.
Paku-pakuan : tumbuhan tapa buga atau
tangkai , biasanya memilik rizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rizoma
tersebut keluar tangkai daun.
4.
Palma : tumbuhan yang tangkainya
menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama
.
5.
Pemanjat : tumbuhan sepeerti kayu atau
berumput yang tidak berdiri sendiri namun meramabat atau memnajatuntuk
penyokongnya seperti kau atau belukar
6.
Terna : tumbuhan yang merambat ditanah
namun tidak menyerupai rumput
7.
Pohon : tumbuhan yang memiliki kayu
besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangakai utama dengan ukuran
diameter lebih dari 20 cm.
Masyarakat
hutan dibagi menurut tingkat yaitu bentuk pohon, bentuk tiang, bentuk pancang,
dan bentuk tumbuhan bawah (seedling dan rerumputan). Bentuk pohon yaitu pohon
yang telah berdiameter lebih sama dengan 20 cm.Bentuk tiang yaitu pohon muda
berdimeter 10 cm sampai kurang dari 20 cm. Bentuk pancang yaitu permudaan
dengan tinggi 1,5 m – anakan berdiameter kurang dari 10 cm, sedangkan semai
(bentuk tumbuhan bawah) yaitu permudaan mulai dari kecambah sampai anakan
kurang dari 1,5 m. Pembagian ini dimaksud untuk memudahkan dalam pengenalan dan
penentuan petak ukur contoh yang digunakan dilapangan. Kemudian contoh dan data
yang diperoleh tergantung pada pengambilan contoh karena perubahan yang terjadi
dalam kehidupan memerlukan pendekatan melalui penyelidikan (Muller dan
Ekkenberg 1974).
Unsur
struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk.
Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan
tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan
tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan
pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam tiga kategori
yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu area dengan batas-batas
jenis dan membandingkan dengan area lain atau area yang sama namun waktu
pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu area; dan
(3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu
atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith 1983 dalam Anonim2009).
Hutan
Hutan merupakan suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan
hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, yang terletak pada suatu
kawasan dan membentuk suatu ekosistem yang berada dalam keadaan keseimbangan
dinamis. Dengan demikian berarti berkaitan dengan proses-proses yang
berhubungan yaitu:
1.
Hidrologis, artinya hutan merupakan
gudang penyimpanan air dan tempat menyerapnya air hujan maupun embun. Hutan
juga berperan untuk melindungi tanah dari erosi dan daur unsur haranya.
2.
Iklim, artinya komponen ekosistem alam
yang terdiri dari unsur-unsur hujan (air), sinar matahari (suhu),angin dan
kelembapan yang sangat mempengaruhi kehidupan yang ada dipermukaan bumi, terutama
iklim makro maupun mikro.
3.
Kesuburan tanah, artinya tanah hutan
merupakan pembentuk humus utama dan penyimpan unsur-unsur mineral bagi tumbuhan
lain.
4.
Keanekaragaman genetik, artinya hutan
memilki kekayaan dari berbagai jenis flora dan fauna.
5.
Sumber daya alam, artinya hutan mampu
memberikan sumbangan hasil alam yang cukup besar bagi devisa negara, terutama
di bidang industri.
6.
Wilayah wisata alam, artinya hutan mampu
berfungsi sebagai sumber inspirasi, nilai estetika, etika dan sebagainya.
Pohon tidak dapat
dipisahkan dari hutan, karena pepohonan adalah vegetasi utama penyusun hutan
tersebut. Selama pertumbuhannya pohon melewati berbagai tingkat kehidupan
sehubungan dengan ukuran tinggi dan diameternya. Menurut undang undang nomor 41
tahun 1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi jenis pepohonan
dalam persekutuan dengan lingkungannya, yang satu dengan yang lain tidak dapat
dipisahkan (Anonim 2009).
Suatu kondisi hutan yang luas diperlukan kegiatan analisis
vegetasi yang erat kaitannya dengan sampling. Samping dilakukan dengan
menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Tiga hal
yang perlu diperhatikan dalam sampling yaitu jumlah petak contoh, cara
peletakan petak contoh dan teknik analisis vegetasi yang digunakan (Indriyanto
2006).
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup
besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas,
tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan
diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisis vegetasi
terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak
contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan
teknik kurva spesies area (KSA). Kurva species area ini diperlukan untuk dapat
menetapkan :
·
Luas atau besar minimum suatu petak yang
dapat mewakili luas tegakan;
·
Jumlah minimal petak-petak sampling
kecil yang diperlukan agar hasilnya mewakili keadaan tegakan.
Ada
dua cara peletakan petak contoh, yaitu cara acak (random sampling) dan cara
sistematik (systematic sampling), random sampling hanya mungkin digunakan jika
vegetasi homogen, misalnya hutan tanaman atau hutan rumput (artinya, kita bebas
menempatkan petak contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis berbeda
tiap petak contoh relatif kecil). Selanjutnya, penelitian dianjurkan untuk
menggunakan sistematic sampling,
karena lebih mudah dalam pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat
representative dan dapat juga menggunakan purposive
sampling dalam keadaan tertentu (Irwan 2003).
Hutan
Dalil berada di desa Dalil Kecamatan Bakam Kabupaten Bangka. Kecamatan Bakam
mempunyai luas wilayah sebesar 593,52 km2, yang terdiri dari 9 desa.
Dimana desa Bakam sendiri memiliki luas 24,57 km2.
BAHAN DAN METODE
Waktu
dan Tempat
Survei lapangan dilaksanakan pada hari jumat tanggal 13
Februari 2015. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 23,
24 dan 25 Februari 2015 di Hutan
Mambang Desa Dalil, Kecamatan Bakam, Kabupaten Bangka.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian
ini adalah
alat tulis, kamera digital, kertas label, Koran, meteran, patok kayu, plastik transparan 60 cm x 40 cm dan tali
raffia. Bahan yang digunakan pada penelitian
ini adalah alcohol 70 % dan kawasan hutan Mambang Desa Dalil.
Metode
Metode yang digunakan pada penelitian
ini yaitu metode kuadrat ( Kurva Spesies Area). Kurva spesies area ( KSA)
merupakan langkah awal yang dilakukan untuk menganalisis suatu vegetasi yang
menggunakan petak contoh.
1.
Pembuatan
KSA
Kurva spesies area dibuat dengan
memilih lokasi yang memenuhi syarat yaitu harus adanya semai, pancang, tiang
dan pohon. Sub plot 1x1, 1x2 , 2x2, 2x 4, 4x4, 4x8, 8x8, 8x16, 16x16, 16x32,
32x32 dibuat dan pada setiap sub plot KSA dilakukan
pendaftaran jenis-jenis tanaman dari mulai dari petak kecil. Pendaftaran terus
dilakukan hingga penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis
lebih dari 5-10%. Luas
petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat
pada areal tersebut . Semakin tinggi keanekaragaman jenis maka semakin luas petak contoh yang digunkan.
Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi. Hasil luas minimum akan dijadikan
patokan dalam analisi vegetasi.
2.
Pengambilan
Spesimen
Metode
yang dilakukan dengan membuat plot dengan ukuran 20x20m sebanyak 3 lokasi. Setiap plot dibuat subplot 2x2 m2 untuk semai dan atau
tumbuhan bawah, 5x5
m2 untuk pancang 10x10 m2 untuk tiang dan 20x20 m2 untuk pohon .
Pengambilan spesimen dilakukan dengan mendata nama jenis, jumlah jenis, jumlah
individu dan keliling masing - masing jenis tiang dan pohon.
3.
Pengawetan spesimen
Pengawetan dilakukan dengan
menggunakan alcohol 70%. Alkohol disemprotkan ke specimen, lalu specimen diberi
label dan dibungkus dengan Koran. Spesimen yang telah dibungkus dengan koran
dimasukan ke dalam plastik bening.
4. Identifikasi
Proses identifikasi dilakukan dengan
mendeskripsikan semua jenis tumbuhan yang belum diketahui nama botaninya. Deskripsi
dapat dimulai dari habitat, perawakan, akar, batang daun dan ciri khusus yang
dimilikinya.
5. Analisis data
Hasil data pengukuran lapangan dianallisis untuk mengetahui kondisi
kawasan yang diukur secara kuantitatif. Beberapa rumus yang digunakan untuk menghitung analisi
vegetasi antara lain:
1. Indeks
Nilai Penting (INP)
frekuensi
Kerapatan Mutlak (i) =
Kerapatan
Relatif (i) =
Frekuensi
Mutlak (i) =
Frekuensi
Relatif (i) =
Dominansi
Mutlak =
Dominansi
Relatif =
2. Indeks Dominansi
Keterangan
:
C
= Indeks dominansi
Pi
= ni/N
S
= Jumlah spesies
3. Indeks Simpson’s
Keterangan
:
D : Indeks simpson’s
Pi : Kelimpahan relative dari spesies ke-1
Pi2 : (Ni / Nt)2
Ni : Jumlah individu spesie ke-1
Nt : Jumlah total untuk semua jenis
individu
relatif
(FR) dan dominansi relatif (DR). Stadium semai atau vegetasi bawah dan stadium
sapihan atau pancang (INP = KR + FR) serta stadium tiang dan pohon (INP = KR +
FR + DR) (Frilano dkk 2010).
DAFTAR
PUSTAKA
Anonima.2009.
Proposal.Http//www.geocities.com/irwantoshut/proposal_s2.html.
(6 februari 2015).
Arifin A. 2002. Hutan dan Kehutanan. Jogyakarta.
Penerbit Kanisius.
Frilano D et al . 2010. Laporan Study Lapang Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan di
Tanung Besar, Kecamatan Tukak Sadai Kabupaten Bangka Selatan. Bangka :
Universitas Bangka Belitung.
Greig-Smith, P. 1983.Quantitative and Dynamic Plant Ecology. Second Edition,
Butterworts. London.
Irwan ZD. 2003. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem
Komunitas & Lingkungan. Jakarta. Bumi Aksara.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta. Bumi Aksara.
Indriyanto, I. 2010. Ekologi Hutan. Bandar Lampung. Penerbit Bumi Aksara.
Muller D and JH Ellenberg.1974. Aims and Methods of
vegetation Ecology. By John Wiley and sons. New York. P.45.
Odum, E . P. 1972. Fundamentals
of Ecology. W. B. Saunder Company Philadelphia. London Toronto.
Whittaker, R. H. 1975. Communities and Ecosystem . Mac millan Publishing Co. Inc. New
York.Collier-Mac millan Publishing Limited Dublin.
No comments:
Post a Comment