Disusun Oleh :
Team 5
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA
BELITUNG
2014
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Avertebrata air adalah
hewan air yang tidak mempunyai tulang belakang dan susunan pencernaannya
terletak dibawah saluran pencernaan. Avertebrata air tebagi menjadi delapan
filum yaitu: Porifera, Coelenterata, Echinodermata, Mollusca, Plathyhelmanthes,
Nemalthelminthes, Annelida dan Anthropoda.
Porifera adalah hewan
yang tubuhnya berpori-pori. Hewan ini berfungsi sebagai tempat untuk masuknya
air yang mengandung bahan makanan kedalam tubuh. Hewan ini merupakan salah satu
hewan yang menyusun terumbu karang. Semuanya hidup melekat (sessile)
pada substrat keras. Terdiri dari empat kelas: Hexactinellida, Demospongiae, Calcarea, dan Sclerospongiae
Coelenterata adalah
hewan berongga, disebut juga Cnidaria yaitu binatang jelatang. Coelenterata
hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil di
air. Coelenterata terdiri dari 3 kelas : Hydrozoa, Scyphozoa dan Anthozoa.
Echinodermata dapat
diartikan sebagai hewan berkulit duri. Jika meraba kulit hewan ini akan terasa
kasar, karena kulitnya mempunyai lempeng-lempeng zat kapur dengan duri-duri kecil.
Hewan ini biasanya hidup di pantai dan di dalam laut sampai kedalaman sekitar
366 m. Sebagian hidup bebas, hanya gerakannya lamban. Hewan ini tidak ada yang
parasit. Hewan Echinodermata juga dapat dijadikan sebagai bahan makanan.
Misalnya mentimun laut setelah dikeringkan dijadikan bahan sup atau dibuat
kerupuk. Juga telur bulu babi sangat enak untuk dimakan. Echinodermata terdiri
dari 5 kelas yaitu : Echinoidea, Asteroidea, Crinoidea, Ophiuroidea, dan
Holothuroidea.
Mollusca merupakan hewan triploblastik
selomata
yang bertubuh lunak. Ke dalamnya termasuk semua hewan lunak dengan maupun tanpa
cangkang, seperti berbagai jenis siput, kiton,
kerang-kerangan, serta cumi-cumi dan kerabatnya.
Tubuh tidak bersegmen. Simetri bilateral. Tubuhnya terdiri dari "kaki" muskular, dengan kepala yang berkembang beragam menurut
kelasnya. Kaki dipakai dalam beradaptasi untuk bertahan di substrat, menggali
dan membor substrat, atau melakukan pergerakan. Ukuran dan bentuk tubuh moluska
sangat bervariasi. Mollusca terbagi 5 kelas yaitu : Amphineura, Scapophoda,
Pelecypoda, Gastropoda, dan Cephalophoda.
Rumusan Masalah
Adapun
masalah sehingga menyebabkan perlunya dilakukan praktek lapang adalah kurangnya
pengetahuan tentang organisme dan habitat hidup hewan avertebrata laut yang terdiri
dari tiga ekosistem yaitu ekosistemlamun, ekosistem karang, dan ekosistem
mangrove.
Tujuan
Tujuan
yang ingin dicapai sehingga penting untuk melakukan praktikum ini yaitu untuk
melihat dan mengamati langsung hewan-hewan avertebrata termasuk lingkungannya.
TINJAUAN PUSTAKA
COELENTERATA
Coelenterata umumnya berukuran besar
sehingga mudah terlihat oleh orang-orang yang berjalan-jalan di pantai dan para
pecinta alam pantai yang ingin mempelajari hewan ini. Kedekatannya dengan
manusia di laut ditunjukkan oleh kemampuan sementara kelompok hewan ini
yang dapat menyebabkan hancurnya kapal jika tertabrak kumpulan hewan ini,
contohnya terumbu karang. Kelompok hewan lain juga dapat menyebabkan kematian
orang karena tersengat hewan ini, contohnya Portuguese man o‘war
(Hashim, 1993).
Coelenterata adalah golongan
plankton yang bersifat carnivora. Hewan ini menagkap mangsanya dengan tentakel
yang dilengkapi dengan sel-sel penyengat yang dinamakan nematocyst. Sebenarnya
medusa yang umum terdapat di lautan mempunyai ukuran yang besar. Sepintas
bentuk mereka hampir menyerupai medusa, tetapi kenyataannya tubuh mereka
terdiri dari gabungan beberapa individu (zooid) yang mungkin mempunyai fungsi
yang berbeda satu sama lain. Misalnya yang satu berfungsi sebagai alat untuk
berkembang biak (Hutabarat, 1985).
Menurut Suhardi (1983), pembagian
kelas dalam Coelenterata terdiri atas :
Kelas Hydrozoa
·
Tubuh umumnya berbentuk serupa Hidra sp.
(polip) tetapi ada beberapa yang berbentuk serupa medusa
·
Mulut langsung berhubungan dengan rongga pencernaan yang
berfungsi sebagai pengedar
·
Bentuk polip umumnya berkoloni, sedangkan bentuk
medusa dengan velum
·
Contoh : Hydra sp., merupakan polip air tawar. Obelia
sp. , serupa Hydra sp. , berkoloni, hidup di air laut. Pada Obelia
sp. dikenal adanya polimorfisme (bentuk lebih dari satu dalam satu
individu)
Kelas Scypozoa
·
Bentuk serupa medusa dengan tentakel
·
Mempunyai mesoglea gelatinosa yang tebal
·
Rongga pencernaannya membentuk percabangan yang serupa
saluran-saluran
·
Kemungkinan bentuk polip sangat kecil
·
Sifat kelamin dioseius
·
Semuanya hidup di laut.
·
Contoh : Aurelia sp. (ubur-ubur): mulut
menghadap ke bawah.
Kelas Anthozoa
·
Semua anggotanya berbentuk polip, tidak ada yang
berbentuk medusa.
·
Mulut terletak datar dan dihubungkan dengan rongga
pencernaan oleh bagian yang disebut stomodeum.
·
Rongga pencernaan terbagi-bagi oleh adanya sekat
radialis.
·
Semua hidup di laut dan melekat pada dasar laut.
·
Contoh : Metridium sp. (Anemon), Tubipora
sp. (hewan karang), Acropora sp. (hewan karang)
ECHINODERMATA
Echinodermata berasal dari bahasa
Yunani, echinos artinya duri dan derma artinya kulit.
Echinodermata dapat disebut hewan avertebrata berkulit duri (Louist, 1984).
Menurut Hicman (2004),
karakteristik Filum Echinodermata :
·
Tubuhnya tidak
bersegmen dengan simetris radial, bersegi lima, atau berbentuk bintang dengan
lima atau lebih daerah ambulakral, berselang-seling dengan daerah
interambulakral
·
Tidak mempunyai
kepala atau otak, beberapa spesies terspesialisasi organ sensorisnya, sistem
sensorisnya menggunakan tentakel, podia , pangkal tentakel, fotoreseptor dan
statosit
·
Sistem
pencernaannya telah lengkap aksial / bergelung
·
Tidak memiliki
anus
·
Bergerak dengan
kaki tabung dan durinya yang asalnya dari daerah ambulakral
·
Pernapasannya
dengan dermal branchiae, tube feet, respiratory tree (Holothuroidea) dan bursae (Ophiroidea)
·
Tidak memiliki
organ eskresi
·
Tubuhnya
simetris bilateral dan radial.
Bentuk tubuh,
struktur anatomi dalam dan fisiologi Echinodermata sangat khas. Bentuk tubuh
simetri radial lima penjuru. Echinodermata termasuk divisi bilateral.
Echinodermata tidak mempunyai kepala, tubuh tersusun dalam sumbu oral-aboral.
Tubuh tertutup epidermis tipis yang menyelubungi rangka mesodermal. Rangka
didalam terdiri atas ossicle atau pelat-pelat kapur yang dapat digerakkan atau
tidak dapat digerakkan. Permukaan tubuh terbagi menjadi lima bagian yang
simetris, terdiri atas daerah ambulakral tempat menjulurnya kaki tabung, dan
daerah interambulakral (interradii) yang tidak ada kaki tabungnya (Soemarwoto,
1980).
Menurut
Suwignyo (1981), phylum Echinodermata antara lain bintang laut, bulu babi dan
teripang. Hanya terdapat dilaut umumnya berukuran besar, yang terkecil
mempunyai garis tengah satu cm. Terdapat sekitar 5000 spesies. Ciri khas filum
ini adalah:
- Simetri radial pada lima penjuru, dimana tubuh dapat dibagi menjadi lima bagian dari pusat sumbu. Simetri radial ini merupakan kejadian sekunder, dimana larva pada permukaannya adalah simetris bilateral.
- Mempunyai rangka didalam yang terdiri dari astelo kapur.
- Mempunyai susunan rongga badan yang khas.
- Susunan ekresi tidak ada.
- Diocious; saluran reproduksi sederhana; kapulasi tidak ada; pembuahan terjadi di air laut.
Menurut
Suhardi (1983) filum Echinodermata mempunyai lima kelas antara lain :
1.
Kelas Crinoidea
·
Tubuhnya
menyerupai bunga .
·
Terdapat
keping-keping theka dengan percabangan lengan panjang.
·
Beberapa
spesies mempunyai tangkai arah aboral.
·
Tidak mempunyai
duri.
·
Kaki tabung
kurang mempunyai sucker.
·
Contoh
: Antedon sp. , Metacrinus sp.
2.
Kelas
Asteroidea
·
Tubuh bentuk
pentagonal (bentuk bintang).
·
Mempunyai
skeleton, duri-duri dan terdapat pedikel (alat catut).
·
Mempunyai
suklus ambulakral dengan dua atau empat deretan poda (kaki-kaki yang berbentuk
tabung).
·
Madreporit
aboral.
·
Kebanyakan
predator.
·
Contoh : Asterias
sp. , Asterina, Solaster sp.
3.
Kelas
Ophiroidea
·
Tubuh dengan
diskus sentralis yang jelas dengan lima percabangan.
·
Terdapat dua
deretan poda (kaki-kaki bentuk tabung).
·
Tidak terdapat
anus.
·
Madreporit di
daerah oral.
·
Hidup bebas dan
aktif.
·
Hidup di laut.
·
Contoh : Ophiura
sp.
4.
Kelas
Echinoidea
·
Tubuh berbentuk
hemisferis atau oval.
·
Tidak mempunyai
lengan.
·
Mempunyai
cangkok yang terjadi dari peleburan keping-keping dengan adanya duri-duri dan
pedikel (alat catut).
·
Sistem
pencernaan memanjang atau berkelok-kelok.
·
Mulut dan anus
mungkin terletak di daerah pusat atau di bagian samping.
·
Contoh
: Arbacia sp. , Strongilocentratus (sea-urchin), Dendroster
(sand dollar).
5.
Kelas
Holothuroidea
·
Tubuhnya
memanjang menyerupai cacing.
·
Dinding tubuh
lunak dan licin.
·
Tidak terdapat
lengan, duri-duri maupun pedikel.
·
Mulut terletak
di bagian depan di kelilingi oleh tentakel.
·
Saluran
pencernaan panjang membentuk huruf S.
·
Anus terletak
di bagian belakang.
·
Hidup di laut.
·
Contoh : Holothuria
sp. ,Tthyone sp.
Spesies yang dapat dimanfaatkan yaitu teripang yang dapat dijadikan “sup” yang
merupakan makanan yang lezat diberbagai tempat. Echinodermata juga berperan
sebagai pembersih (Louist, 1984).
PORIFERA
Porifera berarti pemilik pori-pori atau pore bearers (Y: poros = pori
atau saluran; Latin (L): feres = memiliki). Pori-pori dan
saluran-saluran ini,air diserap oleh sel khusus yang dinamakan sel leher
(collar cell), yang dalam banyak hal menyerupai cambuk. Jenis sel ini lebih
pantas dinamakan koanosit (choanocyt; Y: choane = cerobong; kytos
= berongga), yakni nama menurut anak-kelompok dari Flagellata,
Choanoflagellata. Filum hewan ini lebih dikenal sebagai sepon (Romimohtarto,
2001).
Porifera adalah hewan multiseluler yang tingkatan evolusinya paling rendah.
Hewan-hewan ini dikenal dengan nama populer sepon. Strukturnya bervariasi.
Arsitekturnya unik, yaitu berupa sistem saluran air (tipe asconoid, syconoid,
dan leuconoid). Klasifikasi hewan filum ini berlandaskan bahan dasar pembentuk
spikulanya: kelas Calcarea (spikula berkapur); dan Demospongiae (serat
spongin/garam silikat). Anggota kelas Demospongiae meliputi 95% jumlah populasi
Porifera, bertipe leuconoid. Dua suku (familia) berhabitat air tawar,
selebihnya di laut. Anggota kelas Hexatinellida ditandai spikula yang berjurus
enam. Habitatnya mintakat abisal (abyssal) dengan kedalaman 450-900 m. Anggota
kelas Calcarea menghuni mintakat neritik sepanjang pantai. Reproduksi anggota filum
ini bersifat aseksual (pertunasan dengan gemmulae;pembelahan); ataupun seksual
(gametogony) (Wardhana, 1990).
Menurut Romimohtarto (2001), ciri-ciri yang dimiliki
Porifera antara lain:
·
Memiliki sistem saluran (canal system) yang bertindak
seperti halnya sistem sirkulasi pada hewan tingkat tinggi. Ada tiga macam
sistem, yakni yang dinamakan askon (ascon), sikon (sycon) dan ragon (rhagon).
·
Memiliki kerangka yang terdiri dari kapur karbonat
atau silikon dalam bentuk spikula atau dari spongin dalam bentuk serat yang
kurang lebih erat bersatu.
·
Sel-selnya dikelompokkan menjadi tiga macam, yakni
pertama mereka yang tersusun sebagi lapisan kulit, kedua mereka yang berupa
lapisan lambung dan ketiag sel-sel amoeba di dalam cairan kental agar-agar di
antara lapisan kulit dan lapisan lambung, yakni lapisan tengah.
·
Makanan berupa partikel organik renik, hidup atau
tidak, seperti bakteri, mikroalga dan detritus, yang masuk melalui pori-pori
arus masuk yang terbuka dalam air, dan dibawa ke dalam rongga lambung atau ruang-ruang
bercambuk.
·
Perkembangbiakan secara aseksual dengan menghasikan
tunas yang disebut gamul (gammules). Dalam perkembangbiakan seksual, telur dan
spermatozoa berasal dari sel-sel amoeba yang berkeliaran di lapisan
tengah,seperti pada lapisan sikon.
Menurut Suhardi (1983), Porifera
berdasarkan macam zat yang menyusun skeleton dibedakan menjadi tiga kelas
antara lain ;
A.
Kelas Calcarea (Sepon berkapur)
·
Spikula dari bahan kapur ( CaCo3 ).
·
Hidup di dalam air laut.
·
Panjang tubuh kurang dari 18 cm.
·
Spikula berujung satu, tiga atau empat.
·
Dijumpai adanya tipe askon, sikon, dan leukon.
·
Contoh: Leucosolenia sp. , Scypha sp.
B.
Kelas Hexactinellida (sepon bersilikat)
·
Spikula dari bahan silikat.
·
Bentuk tubuhnya bermacam-macam seperti silindris.
·
Spikula umumnya bercabang enam.
·
Dijumpai tipe sikon dan leukon.
·
Hidup di laut, umumnya ditemui pada kedalaman 200-5000
m.
·
Contoh: Hyalonema sp. , Hexactinelida sp.
, Euplectella sp.
C.
Kelas Demospongia
·
Skeleton dari bahan silikat atau spongin atau dari
kedua-duanya, tidak ada sama sekali.
·
Sistem salurannya kompleks (tipe leukon).
·
Merupakan kelas yang paling besar jumlah spesiesnya.
·
Spikula silikat berujung satu sampai empat atau
serabut spongin.
·
Contoh: Cliona sp. , Suberites oscarella,
Spongia sp. ,Spongilla sp., Halichondria sp.
Pada umumnya Porifera tidak ada yang merugikan. Sebagian spesiesnya bersifat
menguntungkan, misalnya Spongia sp. Sisa sponsnya dapat digunakan untuk alat
penggosok atau pembersih kaca (Hashim, 1993).
Klasififikasi yang diberikan di bawah ini berdasarkan Hyman (1994), sebagai
mana dikutip Cox (1981b: 44-45). Kelemahan utama klasifikasi tersebut adalah
landasannya yang bertolak dari bentuk spikula: seseorang tidak akan dapat
mengidentifikasi sepon secara tepat sebelum memeriksa spikulanya. Padahal,
spikula sangat sukar diidentifikasi. Namun, dengan beberapa penyederhanaan maka
klasifikasi di bawah memadai, tanpa harus melakukan pemeriksaan merenik
terhadap spikulanya (Wardhana, 1990).
Beberapa jenis dari Porifera yaitu
spons laut seperti spons jari berwarna orange, Axinella Canabine,
diperdagangkan untuk menghias akuariumair laut; ada kalanya di ekspor ke
Singapura dan Eropa. Jenis spons dari famili Clionidae mampu mengegor dan
menembus batu karang dan cangkang molusca yang berserakan di tepi pantai. Ada
pula spons yang tumbuh pada kerang-kerangantertentu dan mengganggu peternakan
tiram (Suwignyo, 2005).
MOLLUSCA
Mollusca
berasal dari kata mollis yang berarti lunak. Hewan yang termasuk filum ini
tubuhnya lunak, tidak beruas-ruas, dan tubuhnya ditutupi oleh cangkang yang
terbuat dari kalsium karbonat, tetapi adapula yang tidak bercangkang. Mollusca
hidup di laut. Simetri tubuhnya bilateral. Tubuhnya dapat mengeluarkan lendir
untuk membantu berjalan. Reproduksi terjadi secara seksual dengan fertilisasi
internal (Romimohtarto, 2001).
Filum Mollusca adalah hewan bersimetris bilateral, bertubuh lunak, dan tidak
bersegmen. Kebanyakan anggotanya mempunyai cangkang yang terbuat dari zat kapur
dengan bentuk yang amat beragam. Cangkang dapat terletak diluar atau didalam
tubuh. Cangkang pada umumnya kecil, terbuat dari zat kapur ataupun khitin.
Jenis-jenis tertentu bahkan tidak bercangkang sama sekali (mollusca telanjang).
Sisi ventral tubuh terdapat otot atau kaki yang berguna sebagai sebagai alat
gerak, sedangkan bagian dorsal diselubungi oleh cangkang (jika ada) yang
melindungi organ-organ internal atau viseral. Organ reproduksi hermaprodit
(monoceous) ataupun dioecious, dengan fertilisasi internal ataupun eksternal.
Klasifikasi anggota filum Mollusca didasarkan perbedaan anatomi/morfologi
cangkang, kepala, kaki, alat reproduksi, dan sistem syaraf. Mollusca hidup di
lingkungan beragam; perairan bahari, payau, tawar, dan darat. Kebanyakan
anggotanya hidup bebas, ada juga yang parasit, komensal, dan simbiotik
(Wardhana, 1990).
Menurut Romimohtarto (2001),
berdasarkan simetri tubuh, bentuk kaki, cangkok, mantel, insang dan sistem
syarafnya Mollusca dibagi atas lima kelas, yaitu :
- Kelas Amphineura
- Kelas Scapopoda
- Kelas Gastropoda
- Kelas Cephalopoda
- Kelas Pelecypoda
Menurut Wardhana (1990), filum ini
dibagi menjadi tujuh kelas antara lain :
- Aplacophora (ca. 250 jenis), yaitu Mollusca dengan bentuk tubuh seperti cacing, tidak mempunyai kepala, kaki maupun cangkang.
- Monoplacophora (ca. enam jenis), yaitu Mollusca purba dengan cangkang berbentuk kerucut.
- Polyplacophora (ca. 600 jenis), yang ditandai oleh adanya delapan buah lempengan cangkang.
- Scaphopoda (ca. 350 jenis), yang cangkang berbentuk tanduk dengan kedua ujungnya terbuka.
- Gastropoda (ca. 40.000 jenis), yaitu Mollusca bercangkang tungggal dengan bentuk beragam, walau ada yang tanpa cangkang.
- Cephalopoda (ca. 650 jenis), bercangkang internal atau tanpa cangkang, kecuali Nautilus sp. yang masih bercangkang eksternal.
Molluca adalah binatang yang berukuran relatif besar yang hidup pada dasar
perairan. Gastropoda yang merupakan salah satu hewan dari grup ini adalah
plankton sejati yang bersifat pelagik. Kebanyakan mollusca dapat dikenal dari
cangkang (shell) yang mengandung zat kapur (calcareous). Shell ini
kadang-kadang tidak dapat dijumpai pada beberapa spesies. Gastropoda cenderung
untuk mengkerut dan melingkar di dalam awetan yang membuat mereka sulit untuk
dikenal (Hutabarat, 1986).
Mollusca sering disebut hewan
berbadan lunak, meliputi kerang siput, kiton, cumi-cumi, sotong dan sebagainya.
Hewan yang tergolong mollusca mempunyai kaki sebagai alat lokomosi. Kaki ini
memperlihatkan modifikasi pada filum ini. Filum ini mempunyai arti penting
dalam ekonomi (Sugiri, 1989).
Larva kelompok hewan ini, yang
tergabung dalam filum mollusca, biasa terdapat dalam jumlah terbesar di
perairan tropik. Bentuknya beraneka ragam. Kelompok yang akan diterangkan
contohnya cumi-cumi dan sotong yang merupakan hewan pelagik dan digolongkan
sebagai nekton, sedangkan gurita adalah hewan dasar laut tetapi dapat berenang.
Gurita biasa bersembunyi di dalam gua-gua karang. Ketiga hewan ini terasuk
Cephalopoda. Plankton sering kita jumpai anak cumi-cumi dan sotong. Bentuknya
sudah mirip induknya. Telur-telurnya juga sering dijumpai dalam plankton dan
mudah dikenali karena didalamnya terdapat anak hewan yang dapat dilihat
(Romimohtarto, 2004).
Menurut Hashim (1993), kelas-kelas
pada filum Mollusca memiliki beberapa manfaat antara lain :
Kelas Gastropoda
- Acmae cf. saccharina (kahukub). Orang Suluk menggunakan kulitnya yang telah dibakar dan dicampur dengan minyak ikan (minyak kelapa) untuk mengobati sakit urat atau lenguh, yaitu dengan cara mengurut.
- Haliotis pustulata (lepas atau siput sembilan lubang). Orang Suluk atau Ubian percaya dapat mengobati bisul yang belum bernanah. Kulit lepas perlu diasah pada batu dan debunya disapu pada bisul.
Kelas Bivalvia
- Ostrea sp. Kulit tiram ini dijadikan debu untuk menghilangkan parut luka.
- Venus sp. Orang Suluk dan Ubian menjadikan kerang ini sebagai obat untuk merawat ibu bersalin. Susu mudah keluar jika isinya dimakan.
METODE
PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Mei 2014 pukul 09.00-12.00 WIB, yang
bertempat di pesisir pantai Teluk Limau Sungailiat Kabupaten Bangka.
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini dengan cara manual dan bahannya yaitu wadah
kantong plastik dan ember.
Metode Praktek
Metode
yang digunakan yaitu dengan cara pengamatan langsung, pada ekosistem mangrove,
mencari pada bagian substrat, batang dan akar. Pada lamun memperhatikan sekitar
dasar perairan lamun, sedangkan pada ekosistem karang mengamati pada
celah-celah karang dan bebatuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengamatan
Nama
|
Gambar
|
Literatur
|
Microciona sp.
|
||
Favites
sp.
|
||
Favia sp.
|
||
Goniastrea pectinata
|
||
Favia sp.
|
||
Euspongia molissima
|
||
Holothuria indica
|
Pembahasan
Dari
hasil praktikum yang dilakukan di Pantai Teluk Limau Sungailiat, didapatkan
beberapa hewan avertebrata air, yaitu : Microciona sp., Favia sp.,
Goniastrea pectinata, Euspongia molissima,
teripang (Holothuria indica),
Microciona
sp.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia.
Phylum : Porifera.
Classis : Demospongiae.
Ordo : Poeciloclerina.
Familia : Microcionidae.
Genus : Microciona.
Spesies : Microciona sp.
( Sumber : Jasin, Maskoeri. 1984 )
Microciona sp.
mempunyai bentuk tubuh silinder yang pendek, Tubuhnya terbuat dari bahan
kristal zat kapur, memiliki pori yang berukuran sangat kecil kecil. Hidupnya
secara berkoloni. Microciona
termasuk koloni laut yang banyak
ditemukan dilaut. Berbentuk seperti batu
kerang dan mengeras dalam tempat yang dangkal atau bagian air laut yang dalam.
Hewan ini memiliki tubuh lunak dan lembek, bercabang seperti ranting, didalam
air berkembang dan bertambah panjang
hingga 15 cm, tidak mempunyai rangka,
walaupun ada yang mempunyai rangka, rangka itu hanya terdiri dari
serabut-serabut spongin dengan spikula dari kersik, serta memiliki sistem saluran yang rumit.
Ciri-ciri yang dapat dikenali dari hewan ini adalah Mempunyai kerangka tubuh
yang tersusun atas berbagai bentuk spikula dan kadang-kadang juga spongin. Dan
bentuk bersemak-semak dengan cabang yang panjang. Hidupnya berkoloni di air
yang dalam warnanya merah cerah. Spesies ini merupakan jenis spesies yang ketiga dari phylum Porifera
termasuk koloni laut yang berbentuk seperti batu karang dan mengeras pada
tempat yang dangkal atau bagian air laut yang dalam.
Favia sp.
Klasifikasi :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Coelenterata
Classis
: Anthozoa
Sub class
:
Hexacorallia
Ordo
: Madreporaria
Familia
: Faviadae
Genus
: Favia
Spesies
: Favia sp.
(Menurut Hegner. 1968)
Favia sp. memiliki karakter yang hampir sama
dengan fungia tetapi bentuk dan rongganya lebih kecil. Rongga yang dimiliki
berbentuk seperti bintang. Organisme ini hidup berkoloni di air laut dan
membantuk batuan coral . jenis ini juga memiliki bagian skeleton yang dapat
membentuk kalsium karbonat pada skeleton. Organisme ini memiliki bagian yang
lebih kurang hampir sama seperti astraea.
Ciri-ciri :
Mempunyai ekskleton kompak berbadan batu kapur; polip kecil. Mempunyai
bagian yang berbentuk piala skeleton, tentakel biasanya 6 ; tidak
memiliki siphonoglyph; otot lemah; koloni, terdapat dalam air laut hangat ;
terdapat sejak zaman Pre Cambrium sampai sekarang. Yang masih hidup sebanyak
2500 species dan yang punah sebanyak 5000 species.
Goniastrea
Pertinata
Klasifikasi :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Porifera
Classis
: Anthozoa
Sub class
: Alcyonaria
Ordo
: Gorgonacea
Familia
: Goniastreadae
Genus
: Goniastrea
Spesies
: Goniastrea pectinata
( Menurut Hegner. 1968 ).
Goniastrea pectinata memiliki 8
tentakel yang bercabang dan berduri serta memiliki endoskeleton. Pada umumnya
hidup berkoloni. Hewan ini merupakan karang yang lunak. Pada akhir koral tampak
bagian yang mencuat. Skeletonnya berupa spikula lunak yang terpisah satu sama
lainnya.
Euspongia mollisima
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Porifera
Class :
Demospongia
Ordo :
Keratosa
Famili :
Euspongiadae
Genus :
Euspongia
Spesies :
Euspongia mollisima
Sumber : Jasin Maskoeri. 1984
Hewan porifera
ini hidup di laut pada kedalaman tertentu, bertubuh lunak, tidak mempuyai
rangka, walaupun ada hanya terdiri dari serabut-serabut spongin dengan dari kersik, kebanyakan ditemukan dilaut dan
mempunyai pori-pori disetiap tubuhnya. Bertulang lunak
dan tidak memilki spikula. Kerangka tubuhnya khusus terbentuk dari bahan
sponging. Euspongia mollisima adalah jenis spesies dari
phylum Porifera yang bertulang lunak dan tidak memiliki spikula. Kebanyakan
spesies ini hidup di laut pada kedalaman tertentu yang masih dapat ditembus
cahaya.
Habitatnya
biasanya di laut dan warnanya juga bermacam-macam, misalnya ada yang kelabu,
merah, biru, hitam, putih dan lain-lain,
serta biasanya
hidup di daerah tropis dan subtropis Porifera
bersifat holozoik dan safrozoik. Makanannya berupa mikroorganisme, bahan-bahan
organik atau sisa-sisa organisme yang telah mati.
Ciri-ciri :
mempunyai spongia yang lebih kasar, tidak berspekula kerangka tubuhnya khusus
terbentuk dari bahan spongin. Merupakan binatang sponsa yang dipakai untuk alat
penggosok pada waktu mandi. Dari hasil
pengamatan terhadap anggota phylum Porifera, Porifera
merupakan hewan berpori karena memiliki lubang-lubang kecil, yang mana tubuhnya
tersusun atas banyak sel.
Klasifikasi Teripang
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Holothuroidea
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria indica
Teripang adalah
hewan avertebrata (Holothuroidea) yang dapat dimakan. Ia tersebar luas
di lingkungan laut diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut
dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat.
Teripang merupakan hewan yang bergerak
lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan
terumbu. Teripang merupakan 3 komponen penting
dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai
tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang
berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan
suspensi (suspensi feeder).
Kebiasaan hewan ini meletakkan diri
di atas dasar laut atau mengubur diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir
tubuhnya diperlihatkan. Jika Anda mengganggunya biasanya ia mengkerut.
Bentuk badan teripang memanjang mirip mentimun. Oleh karena itu,
hewan ini biasa disebut mentimun laut atau sea cucumber. Mulut dan anus
terdapat di kedua ujung badannya. Bagian punggung-nya berwarna abu-abu dengan
pita putih atau kekuningan memanjang secara horizontal. Bagian bawah tubuhnya
berwarna putih dan berbintik-bintik hitam/gelap. Kematangan gonad hewan air
berumah dua (diosis) ini pertama kali terjadi pada ukuran rata-rata 220 mm.
a. Bagian
Tubuh :
·
Tentakel
·
Saluran kelamin
·
Madreporit
·
Stomach/perut
·
Gona
·
Esofag
·
Dorsal mesente
·
Anus
·
Cloaca
·
Intest
b.
Fungsi nya
Tentakel : Kelamin yang berfungsi
sebagai penghasil hormon kelamin.
Saluran kelamin :Berfungsi sebagai saluran menuju gonad.
Madreporit : Lempeng tali lapisan pada berfungsi sebagai alat gerak ,merasa, memeriksa dan alat penagkap mangsa.
Saluran kelamin :Berfungsi sebagai saluran menuju gonad.
Madreporit : Lempeng tali lapisan pada berfungsi sebagai alat gerak ,merasa, memeriksa dan alat penagkap mangsa.
Stomach/perut : sebagai alat pencernaan.
Gonad : kelenjar ujung saluran air.
Esofagus : saluran di belakang rongga mulut berfungsi
menghubungkanrngga mulut dan lambung.
Dorsal mesentery : berfungsi sebagai pembungkus usus
dan menggantungnya ke dinding tubuh pinggang.
Anus : mengeluarkan sisa metabolisme pada teripang
Cloaca : sebagai alat pencernaan.
Intestin : sebagai alat pencernaan yang letaknya di
antara pilorus hingga usus.
Adapun sifat menarik yang terdapat pada timun laut, teripang yaitu jika teripang dipegang secara kasar dapat mengeluarkan sebagian besaar isi perutnya melalui anus atau mulut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari
praktikum yang telah dilakukan, beberapa hewan avertebrata air yang kami temui
di Pantai Teluk Limau Sungailiat adalah Microciona sp., Favia sp.,
Goniastrea pectinata, Euspongia molissima,
teripang (Holothuria indica),
Saran
Jika
ada yang kurang dalam penyusunan laporan ini, mohon diberi saran agar pada
laporan selanjutnya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Hutabarat,S. dan Evans, S.M, 1984. Pengantar
Oseanografi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Romimohtarto, K. Juwana, S. 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta:
Djambatan
Soemarwoto, O., 1980.
Aspek Ekologi Penganekaan Pangan. Penerbit Yayasan Pembina Fakultas Pertanian
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.