Tuesday, March 31, 2015

laporan praktikum avertebrata air.blogspot


MENGAMATI LANGSUNG HEWAN-HEWAN AVERTEBRATA TERMASUK LINGKUNGANNYA DIPANTAI TELUK LIMAU




 





Disusun Oleh :
Team 5



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2014



PENDAHULUAN

Latar Belakang
Avertebrata air adalah hewan air yang tidak mempunyai tulang belakang dan susunan pencernaannya terletak dibawah saluran pencernaan. Avertebrata air tebagi menjadi delapan filum yaitu: Porifera, Coelenterata, Echinodermata, Mollusca, Plathyhelmanthes, Nemalthelminthes, Annelida dan Anthropoda.
Porifera adalah hewan yang tubuhnya berpori-pori. Hewan ini berfungsi sebagai tempat untuk masuknya air yang mengandung bahan makanan kedalam tubuh. Hewan ini merupakan salah satu hewan yang menyusun terumbu karang. Semuanya hidup melekat (sessile)  pada substrat keras. Terdiri dari empat kelas: Hexactinellida, Demospongiae, Calcarea, dan Sclerospongiae
Coelenterata adalah hewan berongga, disebut juga Cnidaria yaitu binatang jelatang. Coelenterata hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil di air. Coelenterata terdiri dari 3 kelas : Hydrozoa, Scyphozoa dan Anthozoa.
Echinodermata dapat diartikan sebagai hewan berkulit duri. Jika meraba kulit hewan ini akan terasa kasar, karena kulitnya mempunyai lempeng-lempeng zat kapur dengan duri-duri kecil. Hewan ini biasanya hidup di pantai dan di dalam laut sampai kedalaman sekitar 366 m. Sebagian hidup bebas, hanya gerakannya lamban. Hewan ini tidak ada yang parasit. Hewan Echinodermata juga dapat dijadikan sebagai bahan makanan. Misalnya mentimun laut setelah dikeringkan dijadikan bahan sup atau dibuat kerupuk. Juga telur bulu babi sangat enak untuk dimakan. Echinodermata terdiri dari 5 kelas yaitu : Echinoidea, Asteroidea, Crinoidea, Ophiuroidea, dan Holothuroidea.
Mollusca merupakan hewan triploblastik selomata yang bertubuh lunak. Ke dalamnya termasuk semua hewan lunak dengan maupun tanpa cangkang, seperti berbagai jenis siput, kiton, kerang-kerangan, serta cumi-cumi dan kerabatnya. Tubuh tidak bersegmen. Simetri bilateral. Tubuhnya terdiri dari "kaki" muskular, dengan kepala yang berkembang beragam menurut kelasnya. Kaki dipakai dalam beradaptasi untuk bertahan di substrat, menggali dan membor substrat, atau melakukan pergerakan. Ukuran dan bentuk tubuh moluska sangat bervariasi. Mollusca terbagi 5 kelas yaitu : Amphineura, Scapophoda, Pelecypoda, Gastropoda, dan Cephalophoda.

Rumusan Masalah
            Adapun masalah sehingga menyebabkan perlunya dilakukan praktek lapang adalah kurangnya pengetahuan tentang organisme dan habitat hidup hewan avertebrata laut yang terdiri dari tiga ekosistem yaitu ekosistemlamun, ekosistem karang, dan ekosistem mangrove.

Tujuan
            Tujuan yang ingin dicapai sehingga penting untuk melakukan praktikum ini yaitu untuk melihat dan mengamati langsung hewan-hewan avertebrata termasuk lingkungannya.



TINJAUAN PUSTAKA
COELENTERATA
Coelenterata umumnya berukuran besar sehingga mudah terlihat oleh orang-orang yang berjalan-jalan di pantai dan para pecinta alam pantai yang ingin mempelajari hewan ini. Kedekatannya dengan manusia  di laut ditunjukkan oleh kemampuan sementara kelompok hewan ini yang dapat menyebabkan hancurnya kapal jika tertabrak kumpulan hewan ini, contohnya terumbu karang. Kelompok hewan lain juga dapat menyebabkan kematian orang karena tersengat hewan ini, contohnya Portuguese man o‘war (Hashim, 1993).
Coelenterata adalah golongan plankton yang bersifat carnivora. Hewan ini menagkap mangsanya dengan tentakel yang dilengkapi dengan sel-sel penyengat yang dinamakan nematocyst. Sebenarnya medusa yang umum terdapat di lautan mempunyai ukuran yang besar. Sepintas bentuk mereka hampir menyerupai medusa, tetapi kenyataannya tubuh mereka terdiri dari gabungan beberapa individu (zooid) yang mungkin mempunyai fungsi yang berbeda satu sama lain. Misalnya yang satu berfungsi sebagai alat untuk berkembang biak (Hutabarat, 1985).
Menurut Suhardi (1983), pembagian kelas dalam Coelenterata terdiri atas :
Kelas Hydrozoa
·         Tubuh umumnya berbentuk serupa Hidra sp. (polip) tetapi ada beberapa yang berbentuk serupa medusa
·         Mulut langsung berhubungan dengan rongga pencernaan yang berfungsi sebagai pengedar
·         Bentuk polip umumnya berkoloni, sedangkan bentuk medusa dengan velum
·         Contoh : Hydra sp., merupakan polip air tawar. Obelia sp. , serupa Hydra sp. , berkoloni, hidup di air laut. Pada Obelia sp. dikenal adanya polimorfisme (bentuk lebih dari satu dalam satu individu)
Kelas Scypozoa
·         Bentuk serupa medusa dengan tentakel
·         Mempunyai mesoglea gelatinosa yang tebal
·         Rongga pencernaannya membentuk percabangan yang serupa saluran-saluran
·         Kemungkinan bentuk polip sangat kecil
·         Sifat kelamin dioseius
·         Semuanya hidup di laut.
·         Contoh : Aurelia sp. (ubur-ubur): mulut menghadap ke bawah.
Kelas Anthozoa
·         Semua anggotanya berbentuk polip, tidak ada yang berbentuk medusa.
·         Mulut terletak datar dan dihubungkan dengan rongga pencernaan oleh bagian yang disebut stomodeum.
·         Rongga pencernaan terbagi-bagi oleh adanya sekat radialis.
·         Semua hidup di laut dan melekat pada dasar laut.
·         Contoh : Metridium sp.  (Anemon), Tubipora sp. (hewan karang), Acropora sp. (hewan karang)   

ECHINODERMATA
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani,  echinos artinya duri dan derma artinya kulit. Echinodermata dapat disebut hewan avertebrata berkulit duri (Louist, 1984).
Menurut Hicman (2004), karakteristik Filum Echinodermata :
·         Tubuhnya tidak bersegmen dengan simetris radial, bersegi lima, atau berbentuk bintang dengan lima atau lebih daerah ambulakral, berselang-seling dengan daerah interambulakral
·         Tidak mempunyai kepala atau otak, beberapa spesies terspesialisasi organ sensorisnya, sistem sensorisnya menggunakan tentakel, podia , pangkal tentakel, fotoreseptor dan statosit
·         Sistem pencernaannya telah lengkap aksial / bergelung
·         Tidak memiliki anus
·         Bergerak dengan kaki tabung dan durinya  yang asalnya dari daerah ambulakral
·         Pernapasannya dengan dermal branchiae, tube feet, respiratory tree (Holothuroidea) dan bursae (Ophiroidea)
·         Tidak memiliki organ eskresi
·         Tubuhnya simetris bilateral dan radial.
Bentuk tubuh, struktur anatomi dalam dan fisiologi Echinodermata sangat khas. Bentuk tubuh simetri radial lima penjuru. Echinodermata termasuk divisi bilateral. Echinodermata tidak mempunyai kepala, tubuh tersusun dalam sumbu oral-aboral. Tubuh tertutup epidermis tipis yang menyelubungi rangka mesodermal. Rangka didalam terdiri atas ossicle atau pelat-pelat kapur yang dapat digerakkan atau tidak dapat digerakkan. Permukaan tubuh terbagi menjadi lima bagian yang simetris, terdiri atas daerah ambulakral tempat menjulurnya kaki tabung, dan daerah interambulakral (interradii) yang tidak ada kaki tabungnya (Soemarwoto, 1980).
Menurut Suwignyo (1981), phylum Echinodermata antara lain bintang laut, bulu babi dan teripang. Hanya terdapat dilaut umumnya berukuran besar, yang terkecil mempunyai garis tengah satu cm. Terdapat sekitar 5000 spesies. Ciri khas filum ini adalah:
  1. Simetri radial pada lima penjuru, dimana tubuh dapat dibagi menjadi lima bagian dari pusat sumbu. Simetri radial ini merupakan kejadian sekunder, dimana larva pada permukaannya adalah simetris bilateral.
  2. Mempunyai rangka didalam yang terdiri dari astelo kapur.
  3. Mempunyai susunan rongga badan yang khas.
  4. Susunan ekresi tidak ada.
  5. Diocious; saluran reproduksi sederhana; kapulasi tidak ada; pembuahan terjadi di air laut.
Menurut Suhardi (1983) filum Echinodermata  mempunyai lima kelas antara lain :
1.                  Kelas Crinoidea
·         Tubuhnya menyerupai bunga .
·         Terdapat keping-keping theka dengan percabangan lengan panjang.
·         Beberapa spesies mempunyai tangkai arah aboral.
·         Tidak mempunyai duri.
·         Kaki tabung kurang mempunyai sucker.
·         Contoh :  Antedon sp. , Metacrinus sp.
2.                  Kelas Asteroidea
·         Tubuh bentuk pentagonal (bentuk bintang).
·         Mempunyai skeleton, duri-duri dan terdapat pedikel (alat catut).
·         Mempunyai suklus ambulakral dengan dua atau empat deretan poda (kaki-kaki yang berbentuk tabung).
·         Madreporit aboral.
·         Kebanyakan predator.
·         Contoh :  Asterias sp. , Asterina, Solaster sp.
3.                  Kelas Ophiroidea
·         Tubuh dengan diskus sentralis yang jelas dengan lima percabangan.
·         Terdapat dua deretan poda (kaki-kaki bentuk tabung).
·         Tidak terdapat anus.
·         Madreporit di daerah oral.
·         Hidup bebas dan aktif.
·         Hidup di laut.
·         Contoh :  Ophiura sp.
4.                  Kelas Echinoidea
·         Tubuh berbentuk hemisferis atau oval.
·         Tidak mempunyai lengan.
·         Mempunyai cangkok yang terjadi dari peleburan keping-keping dengan adanya duri-duri dan pedikel (alat catut).
·         Sistem pencernaan memanjang atau berkelok-kelok.
·         Mulut dan anus mungkin terletak di daerah pusat atau di bagian samping.
·         Contoh :  Arbacia sp. , Strongilocentratus (sea-urchin), Dendroster (sand dollar).
5.                  Kelas Holothuroidea
·         Tubuhnya memanjang menyerupai cacing.
·         Dinding tubuh lunak dan licin.
·         Tidak terdapat lengan, duri-duri  maupun pedikel.
·         Mulut terletak di bagian depan di kelilingi oleh tentakel.
·         Saluran pencernaan panjang membentuk huruf S.
·         Anus terletak di bagian belakang.
·         Hidup di laut.
·         Contoh : Holothuria sp. ,Tthyone sp.
            Spesies yang dapat dimanfaatkan yaitu teripang yang dapat dijadikan “sup” yang merupakan makanan yang lezat diberbagai tempat. Echinodermata juga berperan sebagai pembersih (Louist, 1984).

PORIFERA
            Porifera berarti pemilik pori-pori atau pore bearers (Y: poros = pori atau saluran; Latin (L): feres = memiliki). Pori-pori dan saluran-saluran ini,air diserap oleh sel khusus yang dinamakan sel leher (collar cell), yang dalam banyak hal menyerupai cambuk. Jenis sel ini lebih pantas dinamakan koanosit (choanocyt; Y: choane = cerobong; kytos = berongga), yakni nama menurut anak-kelompok dari Flagellata, Choanoflagellata. Filum hewan ini lebih dikenal sebagai sepon (Romimohtarto, 2001).
            Porifera adalah hewan multiseluler yang tingkatan evolusinya paling rendah. Hewan-hewan ini dikenal dengan nama populer sepon. Strukturnya bervariasi. Arsitekturnya unik, yaitu berupa sistem saluran air (tipe asconoid, syconoid, dan leuconoid). Klasifikasi hewan filum ini berlandaskan bahan dasar pembentuk spikulanya: kelas Calcarea (spikula berkapur); dan Demospongiae (serat spongin/garam silikat). Anggota kelas Demospongiae meliputi 95% jumlah populasi Porifera, bertipe leuconoid. Dua suku (familia) berhabitat air tawar, selebihnya di laut. Anggota kelas Hexatinellida ditandai spikula yang berjurus enam. Habitatnya mintakat abisal (abyssal) dengan kedalaman 450-900 m. Anggota kelas Calcarea menghuni mintakat neritik sepanjang pantai. Reproduksi anggota filum ini bersifat aseksual (pertunasan dengan gemmulae;pembelahan); ataupun seksual (gametogony) (Wardhana, 1990).
Menurut Romimohtarto (2001), ciri-ciri yang dimiliki Porifera antara lain:
·         Memiliki sistem saluran (canal system) yang bertindak seperti halnya sistem sirkulasi pada hewan tingkat tinggi. Ada tiga macam sistem, yakni yang dinamakan askon (ascon), sikon (sycon) dan ragon (rhagon).
·         Memiliki kerangka yang terdiri dari kapur karbonat atau silikon dalam bentuk spikula atau dari spongin dalam bentuk serat yang kurang lebih erat bersatu.
·         Sel-selnya dikelompokkan menjadi tiga macam, yakni pertama mereka yang tersusun sebagi lapisan kulit, kedua mereka yang berupa lapisan lambung dan ketiag sel-sel amoeba di dalam cairan kental agar-agar di antara lapisan kulit dan lapisan lambung, yakni lapisan tengah.
·         Makanan berupa partikel organik renik, hidup atau tidak, seperti bakteri, mikroalga dan detritus, yang masuk melalui pori-pori arus masuk yang terbuka dalam air, dan dibawa ke dalam rongga lambung atau ruang-ruang bercambuk.
·         Perkembangbiakan secara aseksual dengan menghasikan tunas yang disebut gamul (gammules). Dalam perkembangbiakan seksual, telur dan spermatozoa berasal dari sel-sel amoeba yang berkeliaran di lapisan tengah,seperti pada lapisan sikon.
Menurut Suhardi (1983), Porifera berdasarkan macam zat yang menyusun skeleton dibedakan menjadi tiga kelas antara lain ;
A.    Kelas Calcarea (Sepon berkapur)
·         Spikula dari bahan kapur ( CaCo3 ).
·         Hidup di dalam air laut.
·         Panjang tubuh kurang dari 18 cm.
·         Spikula berujung satu, tiga atau empat.
·         Dijumpai adanya tipe askon, sikon, dan leukon.
·         Contoh: Leucosolenia sp. , Scypha sp.
B.     Kelas Hexactinellida (sepon bersilikat)
·         Spikula dari bahan silikat.
·         Bentuk tubuhnya bermacam-macam seperti silindris.
·         Spikula umumnya bercabang enam.
·         Dijumpai tipe sikon dan leukon.
·         Hidup di laut, umumnya ditemui pada kedalaman 200-5000 m.
·         Contoh: Hyalonema sp. , Hexactinelida sp. , Euplectella sp.
C.     Kelas Demospongia
·         Skeleton dari bahan silikat atau spongin atau dari kedua-duanya, tidak ada sama sekali.
·         Sistem salurannya kompleks (tipe leukon).
·         Merupakan kelas yang paling besar jumlah spesiesnya.
·         Spikula silikat berujung satu sampai empat atau serabut spongin.
·         Contoh: Cliona sp. , Suberites oscarella, Spongia sp. ,Spongilla sp., Halichondria sp. 
            Pada umumnya Porifera tidak ada yang merugikan. Sebagian spesiesnya bersifat menguntungkan, misalnya Spongia sp. Sisa sponsnya dapat digunakan untuk alat penggosok atau pembersih kaca (Hashim, 1993).
            Klasififikasi yang diberikan di bawah ini berdasarkan Hyman (1994), sebagai mana dikutip Cox (1981b: 44-45). Kelemahan utama klasifikasi tersebut adalah landasannya yang bertolak dari bentuk spikula: seseorang tidak akan dapat mengidentifikasi sepon secara tepat sebelum memeriksa spikulanya. Padahal, spikula sangat sukar diidentifikasi. Namun, dengan beberapa penyederhanaan maka klasifikasi di bawah memadai, tanpa harus melakukan pemeriksaan merenik terhadap spikulanya (Wardhana, 1990).
Beberapa jenis dari Porifera yaitu spons laut seperti spons jari berwarna orange, Axinella Canabine, diperdagangkan untuk menghias akuariumair laut; ada kalanya di ekspor ke Singapura dan Eropa. Jenis spons dari famili Clionidae mampu mengegor dan menembus batu karang dan cangkang molusca yang berserakan di tepi pantai. Ada pula spons yang tumbuh pada kerang-kerangantertentu dan mengganggu peternakan tiram (Suwignyo, 2005).

MOLLUSCA
            Mollusca berasal dari kata mollis yang berarti lunak. Hewan yang termasuk filum ini tubuhnya lunak, tidak beruas-ruas, dan tubuhnya ditutupi oleh cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, tetapi adapula yang tidak bercangkang. Mollusca hidup di laut. Simetri tubuhnya bilateral. Tubuhnya dapat mengeluarkan lendir untuk membantu berjalan. Reproduksi terjadi secara seksual dengan fertilisasi internal (Romimohtarto, 2001).
            Filum Mollusca adalah hewan bersimetris bilateral, bertubuh lunak, dan tidak bersegmen. Kebanyakan anggotanya mempunyai cangkang yang terbuat dari zat kapur dengan bentuk yang amat beragam. Cangkang dapat terletak diluar atau didalam tubuh. Cangkang pada umumnya kecil, terbuat dari zat kapur ataupun khitin. Jenis-jenis tertentu bahkan tidak bercangkang sama sekali (mollusca telanjang). Sisi ventral tubuh terdapat otot atau kaki yang berguna sebagai sebagai alat gerak, sedangkan bagian dorsal diselubungi oleh cangkang (jika ada) yang melindungi organ-organ internal atau viseral. Organ reproduksi hermaprodit (monoceous) ataupun dioecious, dengan fertilisasi internal ataupun eksternal. Klasifikasi anggota filum Mollusca didasarkan perbedaan anatomi/morfologi cangkang, kepala, kaki, alat reproduksi, dan sistem syaraf. Mollusca hidup di lingkungan beragam; perairan bahari, payau, tawar, dan darat. Kebanyakan anggotanya hidup bebas, ada juga yang parasit, komensal, dan simbiotik (Wardhana, 1990).
Menurut Romimohtarto (2001), berdasarkan simetri tubuh, bentuk kaki, cangkok, mantel, insang dan sistem syarafnya Mollusca dibagi  atas lima kelas, yaitu :
  1. Kelas Amphineura
  2. Kelas Scapopoda
  3. Kelas Gastropoda
  4. Kelas Cephalopoda
  5. Kelas Pelecypoda
Menurut Wardhana (1990), filum ini dibagi menjadi tujuh kelas antara lain :
  1. Aplacophora (ca. 250 jenis), yaitu Mollusca dengan bentuk tubuh seperti cacing, tidak mempunyai kepala, kaki maupun cangkang.
  2. Monoplacophora (ca. enam jenis), yaitu Mollusca purba dengan cangkang berbentuk kerucut.
  3. Polyplacophora (ca. 600 jenis), yang ditandai oleh adanya delapan buah lempengan cangkang.
  4. Scaphopoda (ca. 350 jenis), yang cangkang berbentuk tanduk dengan kedua ujungnya terbuka.
  5. Gastropoda (ca. 40.000 jenis), yaitu Mollusca bercangkang tungggal dengan bentuk beragam, walau ada yang tanpa cangkang.
  6. Cephalopoda (ca. 650 jenis), bercangkang internal atau tanpa cangkang, kecuali Nautilus sp. yang masih bercangkang eksternal.
            Molluca adalah binatang yang berukuran relatif besar yang hidup pada dasar perairan. Gastropoda yang merupakan salah satu hewan dari grup ini adalah plankton sejati yang bersifat pelagik. Kebanyakan mollusca dapat dikenal dari cangkang (shell) yang mengandung zat kapur (calcareous). Shell ini kadang-kadang tidak dapat dijumpai pada beberapa spesies. Gastropoda cenderung untuk mengkerut dan melingkar di dalam awetan yang membuat mereka sulit untuk dikenal (Hutabarat, 1986).
Mollusca sering disebut hewan berbadan lunak, meliputi kerang siput, kiton, cumi-cumi, sotong dan sebagainya. Hewan yang tergolong mollusca mempunyai kaki sebagai alat lokomosi. Kaki ini memperlihatkan modifikasi pada filum ini. Filum ini mempunyai arti penting dalam ekonomi (Sugiri, 1989).
Larva kelompok hewan ini, yang tergabung dalam filum mollusca, biasa terdapat dalam jumlah terbesar di perairan tropik. Bentuknya beraneka ragam. Kelompok yang akan diterangkan contohnya cumi-cumi dan sotong yang merupakan hewan pelagik dan digolongkan sebagai nekton, sedangkan gurita adalah hewan dasar laut tetapi dapat berenang. Gurita biasa bersembunyi di dalam gua-gua karang. Ketiga hewan ini terasuk Cephalopoda. Plankton sering kita jumpai anak cumi-cumi dan sotong. Bentuknya sudah mirip induknya. Telur-telurnya juga sering dijumpai dalam plankton dan mudah dikenali karena didalamnya terdapat anak hewan yang dapat dilihat (Romimohtarto, 2004).
Menurut Hashim (1993), kelas-kelas pada filum Mollusca memiliki beberapa manfaat antara lain :
Kelas Gastropoda
  1. Acmae cf. saccharina (kahukub). Orang Suluk menggunakan kulitnya yang telah dibakar dan dicampur dengan minyak ikan (minyak kelapa) untuk mengobati sakit urat atau lenguh, yaitu dengan cara mengurut.
  2. Haliotis pustulata (lepas atau siput sembilan lubang). Orang Suluk atau Ubian percaya dapat mengobati bisul yang belum bernanah. Kulit lepas perlu diasah pada batu dan debunya disapu pada bisul.
Kelas Bivalvia
  1. Ostrea sp. Kulit tiram ini dijadikan debu untuk menghilangkan parut luka.
  2. Venus sp. Orang Suluk dan Ubian menjadikan kerang ini sebagai obat untuk merawat ibu bersalin. Susu mudah keluar jika isinya dimakan.



METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Mei 2014 pukul 09.00-12.00 WIB, yang bertempat di pesisir pantai Teluk Limau Sungailiat Kabupaten Bangka.

Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini dengan cara manual dan bahannya yaitu wadah kantong plastik dan ember.

Metode Praktek
            Metode yang digunakan yaitu dengan cara pengamatan langsung, pada ekosistem mangrove, mencari pada bagian substrat, batang dan akar. Pada lamun memperhatikan sekitar dasar perairan lamun, sedangkan pada ekosistem karang mengamati pada celah-celah karang dan bebatuan.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan

Nama
Gambar
Literatur
Microciona sp.
20140510_101817.jpg
Microciona sp.jpg

20140510_101902.jpg

Favites sp.
20140510_101945.jpg
favites sp.jpg
Favia sp.
20140510_102010.jpg
favia sp.jpg

20140510_102211.jpg

Goniastrea pectinata
20140510_102236.jpg
Goniastrea pectinata.jpg

20140510_102253.jpg

Favia sp.
20140510_102327.jpg
Favia sp.jpg
Euspongia molissima
20140510_102342.jpg
Euspongia molissima.jpg
Holothuria indica
20140510_104616.jpg
index.png

Pembahasan
            Dari hasil praktikum yang dilakukan di Pantai Teluk Limau Sungailiat, didapatkan beberapa hewan avertebrata air, yaitu : Microciona sp., Favia sp., Goniastrea pectinata, Euspongia molissima, teripang (Holothuria indica),

Microciona sp.
Klasifikasi
Kingdom       : Animalia.
              Phylum          : Porifera.
              Classis            : Demospongiae.
              Ordo              : Poeciloclerina.
              Familia           : Microcionidae.
              Genus                        : Microciona.
              Spesies           : Microciona sp.
              ( Sumber : Jasin, Maskoeri. 1984 )
                  Microciona sp. mempunyai bentuk tubuh silinder yang pendek, Tubuhnya terbuat dari bahan kristal zat kapur, memiliki pori yang berukuran sangat kecil kecil. Hidupnya secara berkoloni. Microciona termasuk koloni laut yang  banyak ditemukan  dilaut. Berbentuk seperti batu kerang dan mengeras dalam tempat yang dangkal atau bagian air laut yang dalam. Hewan ini memiliki tubuh lunak dan lembek, bercabang seperti ranting, didalam air berkembang dan  bertambah panjang hingga 15 cm,  tidak mempunyai rangka, walaupun ada yang mempunyai rangka, rangka itu hanya terdiri dari serabut-serabut spongin dengan spikula dari kersik,  serta memiliki sistem saluran yang rumit. Ciri-ciri yang dapat dikenali dari hewan ini adalah Mempunyai kerangka tubuh yang tersusun atas berbagai bentuk spikula dan kadang-kadang juga spongin. Dan bentuk bersemak-semak dengan cabang yang panjang. Hidupnya berkoloni di air yang dalam warnanya merah cerah. Spesies ini merupakan jenis spesies yang ketiga dari phylum Porifera termasuk koloni laut yang berbentuk seperti batu karang dan mengeras pada tempat yang dangkal atau bagian air laut yang dalam.

Favia sp.
Klasifikasi :
Kingdom               :  Animalia
Phylum                  :  Coelenterata
Classis                   :  Anthozoa
Sub class               :  Hexacorallia
Ordo                      :  Madreporaria
Familia                  :  Faviadae
Genus                    :  Favia
Spesies                  : Favia sp.
(Menurut Hegner. 1968)
Favia sp. memiliki karakter yang hampir sama dengan fungia tetapi bentuk dan rongganya lebih kecil. Rongga yang dimiliki berbentuk seperti bintang. Organisme ini hidup berkoloni di air laut dan membantuk batuan coral . jenis ini juga memiliki bagian skeleton yang dapat membentuk kalsium karbonat pada skeleton. Organisme ini memiliki bagian yang lebih kurang hampir sama seperti astraea.
Ciri-ciri : Mempunyai ekskleton kompak berbadan batu kapur; polip kecil. Mempunyai  bagian yang berbentuk piala skeleton, tentakel biasanya 6 ; tidak memiliki siphonoglyph; otot lemah; koloni, terdapat dalam air laut hangat ; terdapat sejak zaman Pre Cambrium sampai sekarang. Yang masih hidup sebanyak 2500 species dan yang punah sebanyak 5000   species.

Goniastrea Pertinata
Klasifikasi :
Kingdom               :  Animalia
Phylum                  :  Porifera
Classis                   :  Anthozoa
Sub class               :  Alcyonaria
Ordo                      :  Gorgonacea
Familia                  :  Goniastreadae
Genus                    :  Goniastrea
Spesies                  :  Goniastrea pectinata
( Menurut Hegner. 1968 ).
Goniastrea pectinata memiliki 8 tentakel yang bercabang dan berduri serta memiliki endoskeleton. Pada umumnya hidup berkoloni. Hewan ini merupakan karang yang lunak. Pada akhir koral tampak bagian yang mencuat. Skeletonnya berupa spikula lunak yang terpisah satu sama lainnya.

Euspongia mollisima
Klasifikasi
Kingdom             : Animalia
Phylum                : Porifera
Class                    : Demospongia
Ordo                    : Keratosa
Famili                  : Euspongiadae
Genus                  : Euspongia
Spesies                 : Euspongia mollisima
Sumber    : Jasin Maskoeri. 1984
Hewan porifera ini hidup di laut pada kedalaman tertentu, bertubuh lunak, tidak mempuyai rangka, walaupun ada hanya terdiri dari serabut-serabut spongin dengan  dari kersik, kebanyakan ditemukan dilaut dan mempunyai pori-pori disetiap tubuhnya. Bertulang lunak dan tidak memilki spikula. Kerangka tubuhnya khusus terbentuk dari bahan sponging. Euspongia mollisima adalah jenis spesies dari phylum Porifera yang bertulang lunak dan tidak memiliki spikula. Kebanyakan spesies ini hidup di laut pada kedalaman tertentu yang masih dapat ditembus cahaya.
Habitatnya biasanya di laut dan warnanya juga bermacam-macam, misalnya ada yang kelabu, merah, biru, hitam, putih  dan lain-lain, serta biasanya hidup di daerah tropis dan subtropis Porifera bersifat holozoik dan safrozoik. Makanannya berupa mikroorganisme, bahan-bahan organik atau sisa-sisa organisme yang telah mati.
Ciri-ciri : mempunyai spongia yang lebih kasar, tidak berspekula kerangka tubuhnya khusus terbentuk dari bahan spongin. Merupakan binatang sponsa yang dipakai untuk alat penggosok pada waktu mandi. Dari hasil pengamatan terhadap anggota phylum Porifera, Porifera merupakan hewan berpori karena memiliki lubang-lubang kecil, yang mana tubuhnya tersusun atas banyak sel.

Klasifikasi Teripang
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Holothuroidea
Genus : Holothuria
Spesies :  Holothuria indica
Teripang adalah hewan avertebrata (Holothuroidea) yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di lingkungan laut diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat.
            Teripang merupakan hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan 3 komponen penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder).
Kebiasaan hewan ini meletakkan diri di atas dasar laut atau mengubur diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir tubuhnya diperlihatkan. Jika Anda mengganggunya biasanya ia mengkerut.
Bentuk badan teripang memanjang mirip mentimun. Oleh karena itu, hewan ini biasa disebut mentimun laut atau sea cucumber. Mulut dan anus terdapat di kedua ujung badannya. Bagian punggung-nya berwarna abu-abu dengan pita putih atau kekuningan memanjang secara horizontal. Bagian bawah tubuhnya berwarna putih dan berbintik-bintik hitam/gelap. Kematangan gonad hewan air berumah dua (diosis) ini pertama kali terjadi pada ukuran rata-rata 220 mm.
a.        Bagian Tubuh :
·         Tentakel
·         Saluran kelamin
·         Madreporit
·         Stomach/perut
·         Gona
·         Esofag
·         Dorsal mesente
·         Anus
·         Cloaca
·         Intest

b.      Fungsi nya

 Tentakel :  Kelamin yang berfungsi sebagai penghasil hormon kelamin.
 Saluran kelamin :Berfungsi sebagai saluran menuju gonad.
 Madreporit : Lempeng tali lapisan pada berfungsi sebagai alat gerak ,merasa,                memeriksa dan alat penagkap mangsa.
Stomach/perut : sebagai alat pencernaan.
Gonad : kelenjar ujung saluran air.
Esofagus : saluran di belakang rongga mulut berfungsi menghubungkanrngga mulut dan lambung.
Dorsal mesentery : berfungsi sebagai pembungkus usus dan menggantungnya ke dinding tubuh pinggang.
Anus : mengeluarkan sisa metabolisme pada teripang
Cloaca : sebagai alat pencernaan.
Intestin : sebagai alat pencernaan yang letaknya di antara pilorus hingga usus.

            Adapun sifat menarik yang terdapat pada timun laut, teripang yaitu jika teripang dipegang secara kasar dapat mengeluarkan sebagian besaar isi perutnya melalui anus atau mulut.




KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
            Dari praktikum yang telah dilakukan, beberapa hewan avertebrata air yang kami temui di Pantai Teluk Limau Sungailiat adalah Microciona sp., Favia sp., Goniastrea pectinata, Euspongia molissima, teripang (Holothuria indica),

Saran
            Jika ada yang kurang dalam penyusunan laporan ini, mohon diberi saran agar pada laporan selanjutnya bisa lebih baik lagi.



DAFTAR PUSTAKA
           

Hutabarat,S. dan Evans, S.M, 1984. Pengantar Oseanografi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Romimohtarto, K. Juwana, S. 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan
Soemarwoto, O., 1980. Aspek Ekologi Penganekaan Pangan. Penerbit Yayasan Pembina Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.